Meuthia Nilda, S.Pd.I

Setengah Abad Raganya di Diniyyah Puteri

bu mutia

            Perempuan yang akrab dipanggil Bu Muthia ini lahir di Padang Panjang, 7 Desember 1958. Anak ke-7 dari 8 bersaudara ini memulai pendidikan di SD 08 Ganting Gunung dari tahun 1965-1971, lalu tahun 1971-1974 melanjutkan ke SMP 2 Padang Panjang. Pada tahun 1974-1976 beliau masuk ke Diniyyah Puteri bagian C yang dinamakan Persiapan Kulliyatul Muallimat El Islamiyyah (PKMI). Saat itu siswa pindahan dari SMP yang ingin masuk ke Diniyyah Puteri harus belajar 2 tahun ke Diniyyah Puteri bagian C. Setelahnya Bu Muthia belajar di KMI tahun 1976-1979. Tahun 1979-1982 beliau masuk ke FDI dan mengambil jurusan Ushuludin. Setelah tamat beliau mendapatkan gelar BA. Akhirnya, tahun 2014 melanjutkan pendidikan S1 di STIT Diniyyah Puteri.

            Wanita yang sejak kecil bercita-cita menjadi seorang guru ini mulai mengajar di DMP pada 24 Agustus 1982. Ia memegang mata pelajaran IPS. Pada tahun 1992-2005 diangkat menjadi Wakil Kepala Sekolah DMP. Selain itu, anak bapak H. A. Moensyah Datuak Bagindo ini juga pernah menjabat sebagai wakil kurikulum, wakil kesiswaan, bendahara yang mengatur masalah keuangan DMP, guru asrama, dan lainnya. 27 Juni 2004 Bu Muthia diangkat sebagai Kepala Departemen Pendidikan dan Pengajaran Diniyyah Puteri sekaligus Kepala SMP Diniyyah Puteri hingga 31 Januari 2022. Saat ini beliau menempati jabatan Staf Ahli Pimpinan Diniyyah Puteri.

Ibu yang memiliki lima putra dan satu putri ini juga pernah menjadi Plt. (pelaksana tugas) Kepala DMP tahun 2005-2007 dan Plt. Kepala KMI tahun 2007-2008. Kini, kurang lebih setengah abad raganya berada di Diniyyah Puteri. Selama bekerja, ia sangat disiplin dan telaten terhadap segala tugas yang diberikan sehingga bisa menyeimbangkan pekerjaannya. Menurutnya bekerja itu sesuai dengan hati kita masing-masing dan tidak mengharapkan pamrih. Ia juga pernah mendapatkan godaan saat bekerja di Diniyyah Puteri dimana teman-temannya mengajak untuk keluar dari Diniyyah. Namun, ia menolak keras karena ia sudah nyaman berada di Diniyyah Puteri. Selama berada di Diniyyah, Bu Mutia pernah menjadi guru favorit. Tak hanya itu beliau juga pernah mendampingi santri saat meraih peringkat satu OSN tingkat provinsi. Beliau juga menjadi tim yang membentuk SMP Diniyyah Puteri.

Bu Muthia memiliki motto “Kerja ikhlas, Kerja tuntas, Mencari Ridho Illahi”. Motto yang dimaksud adalah kerja ikhlas tanpa mengharapkan pamrih. Kerja tuntas tanpa menunda-nunda kerja. Mencari ridho illahi dengan berdoa apapun yang dikerjakan kita niatkan karena Allah, bermanfaat untuk diri sendiri, santri, dan orang lain.

Perempuan pecinta pedas ini sangat senang mengajar. Hal itu membuatnya bahagia karena beliau senang saat ilmu yang ia berikan diserap oleh siswa dan akan digunakan olehnya untuk masa depan nanti. Suka duka telah banyak beliau lewati. Sukanya saat bekerja di Diniyyah yang paling berkesan baginya adalah bertemu dengan wali murid dan para tamu yang datang sehingga ia bisa saling berbagi dengan orang tua wali murid walaupun harus siap sedia 24 jam untuk ditemui oleh wali murid dan urusan lainnya.

Bu Muthia berpesan kepada para santri yaitu, “Tetaplah ananda belajar dimanapun keberadaannya. Ambil sikap dan hikmah di balik setiap kejadian yang ada.” (Syifa Khaira Najwa/Diniyyah News)

           

           

           

           

           

Bayu Suci Kurnia, S.I.Kom

Menggapai Mimpi Kuliah ke Luar Negeri

WhatsApp Image 2022-06-13 at 9.57.13 AM

Nama lengkapnya Bayu Suci Kurnia. Orang-orang memanggilnya dengan sebutan Bayu. Wanita kelahiran Dumai, 29 Juni 1995 ini menempuh pendidikan masa remajanya di Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang. Bayu memutuskan bersekolah di pesantren khusus puteri tersebut bukan tanpa alasan.Menurut gadis bermotto this too shall passini menuntut ilmu di Diniyyah Puteri membuatnya mendapatkan banyak pengetahuan yang tidak bisa didapatkan ditempat lain. Sehingga, selama enam tahun bersekolah disana, menjadi momen paling bahagia dan bermakna didalam hidupnya. Belajar di Diniyyah Puteri membuat Bayu mendapatkan banyak pelajaran. Tinggal bersama teman-teman yang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda menjadi pengalaman yang berkesan selama bersekolah disana. Terutama, pengalaman menjadi anggota redaksi pertama majalah Diniyyah News Teen (Dinteen), majalah sekolah di Diniyyah Puteri.

Setelah lulus dari Diniyyah Puteri, wanita yang hobi membaca ini melanjutkan pendidikan strata satunya di Jurusan Ilmu Komunikasi UIN Suska Riau. Saat kuliah di sana, Bayu mendapat banyak pengalaman berharga. Terutama pengalaman mengajar di daerah pedalaman Riau melalui program UIN Suska Mengajar, salah satu organisasi mahasiswa yang bergerak di bidang pendidikan. Selain itu Bayu juga menjadi anggota redaksi majalah Gagasan, lembaga pers mahasiswa UIN Suska.

Setelah mendapat gelar sarjana, Bayu memutuskan kembali ke Diniyyah Puteri untuk mengabdi. Beliau bekerja di Diniyyah Literasi Center (DLC), divisi otonom Diniyyah Puteri yang khusus untuk menulis. Selama bekerja di sana gadis yang juga hobi menulis ini, tetap memegang teguh mimpinya untuk sekolah ke luar negeri. Bekerja di DLC dimanfaatkan gadis penyuka pelajaran bahasa Inggris ini untuk mendalami keahliannya di bidang menulis yang banyak berkontribusi dalam pencapaian kehidupannya.

Bayu21

 

Guna mewujudkan mimpinya kuliah ke luar negeri, Bayu terus mengasah berbagai kemampuannya terutama kemampuan bahasa Inggris.Dalam melatih kemampuan bahasa asingnya Bayu berlatih secara otodidak dikarenakan keterbatasan biaya. Gadis yang juga hobi menulis ini tidak punya kesempatan untuk mengikuti bimbingan belajar diluar sekolah karena kendala biaya. Tetapi Bayu tidak pernah menyerah, bermodal tekad yang kuat ia berjuang mengikuti seleksi beasiswa LPDP untuk kuliah ke luar negeri. Tahap demi tahap tes dilaluinya hingga akhirnya lulus.

Ketika mimpinya sudah didepan mata,saat itulah ujian menghampiri hidupnya. Disaat yang sama Bayu juga lulus sebagai PNS Kementerian Pendidikan Kebudayaan (Kemendikbud)di Kota Pariaman. Bayu dihadapkan pada dilema besar, antara impian yang selama ini ia perjuangkan atau pekerjaan yang sudah menunggunya untuk mengabdi. Tidak berputus asa dengan masalahnya, Bayu mencari jalan keluar dengan Shalat Dhuha. Tidak hanya itu ia juga meminta pendapat orang-orang terdekatnya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk bekerja terlebih dahulu selama dua tahun. Kemudian ia mendapat izin melanjutkan pendidikannya dan lulus ujian kampus ke Wageningen University Belanda pada tahun 2021.  

Impian terbesarnya menuntut ilmu ke luar negeri berhasil ia gapai. Tinggal di kota Wageningen Belanda, Bayu mendaparkan berbagaipelajaran kehidupan. Sistem pembelajaran yang berbedamembuatnya harus belajar lebih keras dan tekun. Sekarang hari-harinya ia habiskan untuk belajar dan menjadi pengurus Persatuan Pelajar Indonesia Wageningen.

Bayu berpesan kepada para santri Diniyyah Puteri dan anak muda lainnya untuk mengejar impian terbedar hidupnya tanpa peduli apapun batasannya.(TasyaSabila/Reporter Diniyyah News)

 

Dalius Djamal

Kesetiaan Mengabdi di Diniyyah Puteri

 

 

bu del

Wanita yang akrab dipanggil Bu Del ini lahir di Pariangan pada tanggal 7 Juli 1955. Alumni Diniyyah Puteri Padang Panjang yang mengawali pendidikan Sekolah Rakyat di kampungnya. Saat itu metode belajarnya hanya menggunakan alat tulis yang berasal dari batu.

Bu Del mengetahui Diniyyah Puteri dari ayahnya, seorang pedagang yang sering mengantarkan bawang dari kampungnya ke Pasar Usang yakni pasar Padang Panjang pada zaman dahulu. Ayahnya sering shalat di Masjid Asliyah yang jaraknya dekat dengan rumah Bunda Rahmah. Ketika itu Bunda Rahmah sering melakukan open house, ayah Bu Del ikut serta. Selesai shalat Jumat beliau langsung pergi ke rumah Bunda Rahmah dan mengutarakan bahwasanya ia ingin sekali anaknya melanjutkan pendidikan di Diniyyah Puteri. Beliau menanyakan langsung bagaimana cara masuk Diniyyah Puteri ke Bunda Rahmah. Singkat cerita akhirnya Bu Del didaftarkan untuk masuk oleh ayahnya ke tingkat DMP. Ternyata Bu Del merupakan orang pertama dari kampungnya untuk yang melanjutkan pendidikan di Diniyyah Puteri.

Awalnya Bu Del bercita-cita menjadi seorang bidan. Namun, ternyata beliau ditakdirkan untuk melanjutkan pendidikan di Diniyyah Puteri. Tahun 1969 beliau memulai pendidikan DMP. Peraturan zaman dahulu menamatkan DMP adalah 4 tahun, dilanjutkan dengan KMI, dan pendidikan terakhir beliau di FDI atau yang sekarang dikenal dengan STIT. Bu Del mengambil Jurusan Ushuludin. Setamat KMI beliau langsung mengajar dan menjadi guru di Diniyyah Puteri. Beliau juga kuliah sambil bekerja. Apapun bidang yang ada di Diniyyah Puteri beliau geluti, seperti mengajar kitab hadits, tahsin/tahfidz, tafsir, akidah akhlak, tataboga, dan lain sebagainya.

Tahun 1975 Bu Del mulai mendampingi Pimpinan Diniyyah Puteri yang kedua setelah Bunda Rahmah yakni ibu Isnaniah Shaleh. Beliau juga mengurus masalah administrasi di kantor FDI/STIT, menjadi guru DMP, KMI maupun menjadi pembimbing di asrama santri. Bu Isnaniah dan Bu Del kemana–mana selalu bersama. Tahun 1990 beliau melakukan perjalanan untuk urusan Diniyyah Puteri ke Padang, lalu terjadilah kecelakaan maut yang merenggut nyawa Bu Isnaniah Shaleh hingga beliau langsung meninggal ditempat. Pada saat itu Bu Del mengalami koma selama 4 hari serta mengalami patah tulang di bagian tangannya serta gigi dibagian bawan rontok semua, bibir pun dijahit.

Setelah kejadian itu Bu Del tetap mengajar dan bekerja di Diniyyah Puteri. Killer merupakan julukan para santri untuk Bu Del karena beliau terkenal tegas dan disiplin di setiap kegiatannya. Bagi beliau, apapun pekerjaan harus tuntas dilakukan.

Kini Bu Del masih mengabdi di Diniyyah Puteri. Menata bunga dan bercocok tanam menjadi hobinya sampai saat ini. Beliau juga tim Adiwiyata MTsS DMP Diniyyah Puteri. Beliau berpesan bahwa seorang wanita harus betul-betul menjadi seseorang yang cakap dan aktif, jangan sia-siakan waktu. Kalau ada kesempatan ambil karena kesempatan tak datang dua kali maka dari itu manfaatkan waktu sebaik-baik mungkin. Jadilah generasi emas yang mampu membanggakan bangsa dan negara, juga menjadi wanita tangguh, wanita mandiri, dan wanita sholehah hingga bisa menempuh kesuksesan dunia dan akhirat karena Allah Swt. (Syifa Khaira Najwa/Diniyyah News)

 

Dra. Yasmaida

Bahagia Mengajar dan Hobi Menulis

WhatsApp Image 2022-03-29 at 14.28.30

Perempuan yang akrab dipanggil Bu Yas ini  lahir di Ladang Laweh, 24 Juni 1963. Istri dari Sudirman, BA ini menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1976 di SDN Ladang Laweh. Selanjutnya beliau melanjutkan pendidikan di SMPN Batipuh pada tahun 1979, Setelah itu ia melanjutkan pendidikan di SMAN Padang Panjang, tahun 1982. Setamatnya SMA, beliau melanjutkan pendidikan ke FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat (UMSB) dengan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Tahun 1985-1995, saat berada di bangku kuliah, Bu Yas aktif menulis dan membuat majalah dinding. Tak hanya itu, ia juga ikut serta dalam berbagai organisasi-organisasi mahasiswa. Saat itu jugalah ia mulai mengajar di SMA Muhammadiyah Padang Panjang dengan mata pelajaran Sosiologi dan Bahasa Indonesia. Ia juga pernah mengajar di MTs Muhammadiyah dengan mata pelajaran IPS. Tahun 1995-2010 Bu Yas mengajar di SMK Cendana Padang Panjang.

Menjadi seorang guru merupakan suatu kebanggaan bagi Bu Yas karena dapat mengantarkan anak didiknya sukses dan mempunyai sikap yang baik sehingga mereka bisa terus melanjutkan pendidikan sampai ke Perguruan Tinggi. Ia juga senang karena banyak anak didik beliau yang sudah sukses dan menyebar ke berbagai daerah. Baik dalam negeri maupun luar negeri.

Tahun 1989 Bu Yas sudah berada di Diniyyah Puteri sebagai guru Bahasa Indonesia sampai sekarang. Selama mengajar, ternyata banyak suka duka yang ia alami. Banyak pengorbanan dan perjuangan dalam mendidik santri agar bisa sukses. Salah satunya prestasi santri dalam menulis artikel, cerpen dan puisi. Alhamdulillah, ada santri yang berhasil meraih prestasi ke tingkat Provinsi, Bahkan ada yang berhasil mengikuti lomba debat dan menulis cerpen sampai ke tingkat Nasional. Selain itu, pada tahun 2008 mata pelajaran Bahasa Indonesia termasuk nilai rata-rata paling tinggi dalam UN di antara mata pelajaran lain. Saat mengajar Bu Yas sangat senang akan respon anak-anak yang di luar dugaan. Sangat aktif, kooperatif, rasa ingin tahunya sangat tinggi, kejujurannya nomor satu, apapun yang tidak mereka ketahui mereka langsung bertanya.

Sejak kuliah, ibu yang memiliki 7 orang anak ini hobi menulis. Sampai sekarang hobi itu terus ditekuninya. Ia juga pernah menulis di Koran Semangat. Beberapa tahun hobi itu pernah terhenti, lalu timbul motivasi dari Pimpinan Diniyyah Puteri, Fauziah Fauzan yang mengatakan agar seorang guru harus berkarya. Bu Yas merasa tertantang, apalagi ia merupakan guru Bahasa Indonesia. Ia juga ingin memberikan contoh yang baik kepada santri-santri agar bisa mengikuti jejaknya dalam menulis. Setelah mendapatkan motivasi, Bu Yas kembali aktif lagi dalam menulis. Di awal tahun 2022 ini, puluhan esai beliau yang sudah terbit di Harian Singgalang dijadikan sebuah buku yang berjudul ‘Nostalgia Pengabdian’.

Menjadi seorang guru bagi Bu Yas sangat mulia meskipun sejak awal pengabdiannya hingga kini tak kunjung berstatus PNS. Bagi beliau, sebuah kebahagiaan yang amat besar bisa mendidik siswa dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak bisa menjadi bisa. Guru juga mempunyai tanggung jawab yang besar, bukan hanya kepada siswa tetapi tanggung jawab kepada Allah.

“Semoga Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang terus berinovasi melahirkan generasi-generasi unggul ke depannya untuk menaklukkan dunia meraih surga,” ucap Bu Yas di akhir wawancara. (Syifa Khaira Najwa/Diniyyah News)

Ainul Mardhiyah, S.Hum
Guru Bertabur Prestasi 

 

Ainul

 

“Bermimpilah sampai Tuhan memeluk mimpi-mimpimu” merupakan motto hidup dari Ainul Mardhiyah. Gadis kelahiran Padangpanjang, 11 Mei 1998 ini sekarang berprofesi sebagai Guru Bahasa Indonesia di MTsS DMP Diniyyah Puteri.

Hobi membaca buku dan menulis mengantarkan Ainul menjadi seorang guru bertabur prestasi, terutama di bidang cerpen dan surat. Prestasinya sudah banyak, mulai dari juara lomba tingkat kota, provinsi hingga nasional. Diantaranya, Finalis Letter Writing Competition PT. POS & Republika 2014, Juara 1 Cerpen Tanah Datar dan Padang Panjang 2015, Juara 1 Menulis Cerpen Lustrum 8 ITB 2015, Juara 1 Lomba Cerdas Bahasa dan Sastra Indonesia Tingkat SMA se-Sumatera Barat 2015, Medali Perak Kategori Cerpen ARKI Kemdikbud 2015, Juara 1 Lomba Menulis Cerpen Sayembara Pena Kita 2016, Juara 3 Lomba Cerpen Sayembara Goresan Pena, Juara 1 Menulis Cerpen Festival Sastra FIB UGM 2016, Juara 1 Menulis Surat UNS Solo 2018, Juara 3 Lomba Menulis Makalah Ilmiah Alquran (M2IQ) Kabupaten Tanah Datar, Juara 2 Lomba Cerpen Olimpiade Ilmiah Mahasiswa FIB UI 2019, Juara 2 Lomba Cerpen Tentang Bung Hatta 2021, dan Juara 2 Lomba Cerpen ISI Padang Panjang 2021.

Lulusan Sastra Indonesia Universitas Indonesia ini sejak SD sudah konsisten menulis cerpen. Baginya menulis cerpen merupakan ajang mengomentari hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Melalui cerpen, ia juga bisa memperkenalkan budaya Indonesia kepada para pembaca. Selain itu, Ainul yang dulu menuntut ilmu di MTsS DMP dan MAS KMI juga suka menulis surat. Ia sering kali berkomunikasi dengan orangtuanya melalui surat. Itu sebabnya ia beberapa kali menang lomba menulis surat tingkat nasional.

Tak hanya sebatas hobi membaca dan menulis, Ainul juga aktif berorganisasi semenjak sekolah menengah hingga kuliah. Salah satunya di Salam UI, lembaga dakwah kampus. Ainul membidangi Wakil Kepala Departemen Salam Palestine And International Centre. Di sana ia mengkaji isu-isu Islam internasional, seperti Kashmir, Uighur, Suriah, Rohingya, dan Palestine.

Selain mengajar, Ainul juga membimbing santri untuk menulis. Baru-baru ini salah satu santri didikannya, Fazatil Husainah, santri kelas 11 IPS MAS KMI Diniyyah Puteri, memperoleh juara 2 lomba menulis surat untuk presiden dalam rangka Hari Santri tingkat nasional tahun 2021.

“Penting jadi guru berprestasi agar bisa menginspirasi santri. Selain itu juga dapat meyakinkan santri bahwa gurunya tidak hanya mengajarkan berdasarkan materi dalam buku, tapi juga mampu mempraktikkan apa yang ia ajarkan,” ujar Ainul ketika diwawancarai. (Rahmi Yulianti/Diniyyah News)