pak fikri

Bapak yang bernama lengkap Zulfkiri S.THi, M.Hum ini lahir di Bantul, Jogjakarta 27 November 1988. Namun, kampung halamannya tetaplah di Sumatera Barat, yakni Lubuk Sikaping, Pasaman. Saat ini beliau menjabat sebagai Pembantu Ketua II bidang administrasi dan keuangan STIT Diniyyah Puteri, yang mengurusi berbagai macam surat-menyurat. “Walaupun jabatan yang diemban belum pernah dilakoni sebelumnya, tapi ini bagi bapak sebuah tantangan dan perlu untuk terjun langsung. Kita coba dulu prosesnya baru bisa mengetahui hasilnya,” ujarnya penuh semangat.

Pak Fikri menamatkan pendidikan di MTsN Lubuk Sikaping serta pernah menang dalam lomba debat dan pidato berbahasa Arab. Kemudian, melanjutkan menjadi siswa Keagamaan di MAN Koto Baru, Padang Panjang. Minatnya dalam bidang keagamaan terus berkembang hingga terus belajar ke Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Jogjakarta, jurusan Tafsir Hadis.

Dalam proses S1, pak Fikri mendapatkan nilai cumlaude. Salah satu motivasi beliau adalah kakak kelas satu kos yang dapat lulus dengan cepat dan mendapatkan nilai cumlaude terbaik sefakultas serta mendapatkan pin emas. Mengapa kita tak bisa melakukan hal tersebut, sedangkan kita sama-sama belajar di universitas yang sama. Dengan motivasi tersebut, dengan tekad yang kuat, beliau menulis setiap harinya satu hari satu halaman untuk tugas skripsi, dirutinkan dengan target dan tetap fokus pada tujuan dan target tersebut. Berkat usaha serta target yang fokus itu, pak Fikri mendapatkan beasiswa full dari universitas tersebut dalam program S2 jurusan Tafsir Hadis.

Walaupun memiliki target, pak Fikri tetap tidak ketinggalan dalam urusan organisasi di masa kuliah. Beliau ikut serta dalam organisasi SPBA (Studi Pengemar Bahasa Asing) dalam bidang bahasa Arab, IMM, dan pengurus El-isqha lembaga studi Qur’an hadis. Karena bagaimanapun sibuknya kita dalam urusan pekerjaan dan pembelajaran sebaiknya dengan hubungan sosial dapat diseimbangkan.

Anak pertama dari tiga bersaudara ini memiliki hobi travelling, membaca serta menulis beberapa tulisan jenis akademik seperti jurnal-jurnal untuk kampus. Jadi, kita dapat memilih apa jenis tulisan yang akan kita tulis, termasuk akademik ataupun non akademik tergantung dengan bakat dan minat kita terhadap tulisan yang akan kita tulis.

InsyaAllah dalam bulan September ini pak Fikri akan meneruskan S3 ke Bursa, Turki. Tepatnya di Uludag University, jurusan Basic Islamic Sains. Kira-kira bisa menghabiskan waktu sekitar 3 jam menuju Istanbul, kota terpopuler di Turki, yang disana ada museum Hagia Sophia yang dulunya pernah menjadi mesjid bagi umat Islam.

Turki merupakan negara sekuler, dimana sebuah negara menjadi netral dalam permasalahan agama, dan tidak mendukung orang beragama maupun orang yang tidak beragama. Serta negara yang nasionalis, memakai bahasa Turki, namun juga berbahasa Inggris. Bagaimanapun itu sebuah tantangan dan suatu hal yang baru bagi beliau walaupun mulanya diajak oleh teman. Sebelum memasuki perkuliahan di Uludag University, pak Fikri harus mengikuti program berbahasa Turki dalam waktu satu tahun.

Untuk peminat Turkey Scholarship, dapat melihat beberapa halaman di internet, peminatnya kurang lebih 85.000 orang dari seluruh dunia dan terpilih 60 orang di Indonesia mencakup program S1, S2, S3. Beasiswa yang pak Fikri pilih mengikuti tahap test administrasi yang cukup panjang dan test interview dengan kedutaan besar Turki di Jakarta. Alhamdulillah setelah beberapa test tersebut beliau mendapatkan beasiswa.

Beliau mendapatkan inspirasi dari bapak kos yang berkata, “Berlari sekarang, kalau bisa berlari sebelum sesat itu datang.” “Jadi, ubah sugesti kita, keluarlah ke luar negeri dan belajar dari pengalaman. Ada kemauan dan kesempatan jangan takut untuk mencoba selagi ada kesempatan, lalu bersyukurlah apapun hasilnya,” pesan beliau mengakhiri wawancara. (Nisa’ul Afifah/MA KMI Diniyyah Puteri)