DSC 0002a

Wanita yang khas dengan pakaian muslimah yang syar’i ini, memiliki nama lengkap Meilina Roza. Lina sapaan akrabnya begitu mencintai dunia pendidikan. Terutama di bidang pendidikan keagamaan. Menurutnya tujuan pendidikan akan terwujud apabila pendidik mampu mengubah akhlak peserta didiknya. Maka pendidikan agama memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan.

Wanita berdarah Payakumbuh yang lahir di Tanjung Pati pada tanggal 13 Mei 1982 tersebut, memiliki dedikasi yang tinggi demi kemajuan pendidikan. “Seorang pendidik harus berdedikasi dalam melaksanakan tugasnya terhadap peserta didiknya. Sehingga para pendidik tidak hanya beranggapan bahwa mengajar dan mendidik adalah sebuah profesi saja, namun haruslah tertanam dalam jiwanya rasa pengorbanan dan kerelaan memberikan ilmu kepada peserta didik. Jika dedikasi ini sudah ada pada setiap pendidik, ilmu yang mereka berikan pun akan terasa manfaatnya. Peserta didik pun akan senang setiap menerima ilmu dari gurunya yang berdedikasil,” ujarnya meyakinkan.

Mengabdikan diri di sekolah yang telah membesarkan namanya yaitu MTs. DMP dan MA. KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang, Lina saat ini dipercaya menjadi kepala sekolah di MTs. DMP. Disamping itu wanita yang pernah meraih juara 1 lomba baca berita di radio L-Bahana FM ini tetap menjadi pengajar di sekolah yang ia pimpin. Kesibukannya sebagai kepala sekolah tidak menghalanginya berbagi ilmu yang ia miliki kepada peserta didiknya. Baginya sia-sia ilmunya jika tidak dibagikan kepada orang lain. Sesuai dengan mottonya “Bermanfaat Bagi Orang Lain”.

Menjadi seorang pengajar bukanlah hal baru baginya. Semenjak berstatus mahasiswa STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Diniyyah Puteri, beliau telah berpengalaman bekerja sebagai guru asrama, mengajar TK dan menjadi pengajar Al Quran. Setelah menyelesaikan S1, Lina pernah menjabat sebagai guru komputer dan humas di perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang.

Jiwa kepemimpinan sudah tertanam dalam dirinya semenjak belajar dari organisasi yang pernah ia ikuti. Diantaranya sebagai anggota PKM, PMDS dan ketua SEMA STIT Perguruan Diniyyah Puteri. Berbekal pengalaman itu, Lina mampu menjalankan tugasnya sebagai kepala sekolah dengan baik.

“Selalu berusaha untuk lebih baik” Kata-kata itulah yang selalu dijadikan motivasi bagi ibu dari tiga orang anak ini dalam kehidupannya. Karena itulah dalam dunia pendidikan, wanita pencinta alam ini selalu menanamkan jiwa dedikasi dalam dirinya. Saat ini wanita dengan hoby traveling ini masih memiliki cita-cita dalam hidupnya yaitu menjadi seorang trainer. Lina ingin memotivasi para guru sebagai pendidik bagi generasi penerus bangsa, agar berdedikasi tinggi dalam pendidikan. Sehingga pendidik bisa mencetak generasi yang berkualitas dan berakhlak mulia. (Jummiati Oktariana/Reporter Diniyyah News)

Miss Lelen

Lelen Sartika Woyla adalah nama lengkapnya. Mendapat sapaan miss Lelen, karena selain mahasiswi STIT Diniyyah Puteri, ia adalah instruktur Bahasa Inggris di Diniyyah Puteri. Miss ini merupakan salah satu alumni yang sekolah di MTs. DMP hingga STIT Diniyyah Puteri.

Sewaktu di MTs DMP, miss Lelen yang juga reporter Diniyyah Puteri ini adalah siswi yang selalu mendapat peringkat 3 besar di kelas. Organisasi yang diikuti gadis kelahiran 21 November 1991 ini sewaktu MTs DMP adalah Ketua 2 PMDS dan pernah menjabat sebagai bendahara umum PMDS. Sewaktu di MA KMI, miss Lelen juga adalah siswi yang menempatkan peringkat 3 besar di kelasnya. Organisasi yang ia ikuti sewaktu KMI adalah Ketua Pramuka dan pernah juga menjabat sebagai wakil bendahara PKM.

Miss Lelen juga mantan Presiden BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) STIT Diniyyah Puteri. Ia memang mempunyai segudang prestasi dan kreatifitas. Hobbinya menarik yaitu membaca, menulis, dan traveling. Karena usaha kerja kerasnya, miss Lelen meraih PPWI Award 2011, juara II menulis artikel tingkat mahasiswa ultah harian Singgalang ke 44 2012, dan juara III menulis tingkat mahasiswa di harian Haluan 2012. Pernah mengikuti pekemahan santri se Nusantara di Cibubur Thn. 2007.Dan banyak lagi prestasi lainnya.

Miss Lelen konsisten untuk memilih kuliah di STIT Diniyyah Puteri dari pada universitas lainnya. Walaupun begitu, ia tak pernah patah semangat untuk selalu mempertahankan dan mengembangkan semua prestasi dan kreatifitasnya. Sebab santri Diniyyah Puteri adalah santri yang memiliki banyak prestasi dan kreatifitas yang baik. Selain para santri dididik dengan baik, santri juga mendapat didikan dari Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang, yakni ibu Fauziah Fauzan El Muhammady yang sering disapa dengan bu Zizi. Para santri dan terutama Miss Lelen mendapat kesuksesan dari bu Zizi. Karena beliaulah Diniyyah Puteri di mata masyarakat luar dan warga Diniyyah Puteri sendiri selalu mendapat inspirasi jika melihat setiap sudut pandang lingkungan Diniyyah yang selalu mendukung untuk selalu berkarya dan berprestasi. Begitu pun pendiri Perguruan Diniyyah Puteri yaitu ibunda Rahmah El Yunusiyyah yang juga adalah salah satu tokoh Islam kota Padang Panjang yang memiliki prestasi dan kreatifitas berlimpah.

Sampai sekarang sudah banyak karya miss Lelen yang dimuat di media massa. Dan yang paling mengagumkan ia mampu membantu dan mendorong para juniornya untuk menuju gerbang kesuksesan.

“Kembangkanlah prestasimu selagi kamu masih bisa berkarya di Diniyyah Puteri saat ini,” pesannya mengakhiri wawancara. (Nia Rezky/MTs DMP Diniyyah Puteri)

ustaz ikhlas

Ustad yang bernama Al-Ikhlas Syamsuir Lc, MA ini lahir di Tigo Suku pada tanggal 22 juni 1985. Beliau mengajar pelajaran Ilmu Kalam, Muhadasah serta Tauhid di MA KMI Diniyyah Puteri. Selain itu, juga mengajar di STAIN Batusangkar. Penyuka makanan istri ini telah menamatkan pendidikannya di S2 IAIN Padang jurusan Syariah dan S1 di Mesir.

Ustad yang kerap disapa ustad Ikhlas ini, dahulunya sekolah di Pesantren Tawalib Gunung Padang Panjang, lalu melanjutkan ke MAN Koto Baru. Aktif di beberapa organisasi seperti OSIS, Pramuka, dan pengurus Rohis. Sedangkan di Mesir, ustad menjadi Bendahara Kesepakatan Mahasiswa Minangkabau atau KMM, Remaja Tajrih Muhammadiyah, editor majalah Sinar Muhammadiyah, dan pimpinan redaksi Bulletin Mitra. Beliau sangat tertarik dalam dunia kepenulisan, seperti artikel, karya ilmiah, penerjemah, cerita pendek, dan membawakan puisi. Pernah menerjemahkan buku, yang kebanyakan bertemakan tentang remaja.

Ustad yang memiliki hobi main basket dan travelling ini pernah menjadi utusan Indonesia berdakwah sampai ke Filipina selama 3 hari melalui program Dompet Dhuafa di bulan Ramadhan. Beliau mengiktui serentetan test dari Sumbar hingga Jakarta meliputi kemampuan berbahasa Inggris, Arab, dan wawasan agama secara umum. Kemampuan bahasa Inggrisnya didapatkan hanya dari hasil otodidak. Dalam program ini, ustad ditempatkan berdakwah di daerah yang kawasannya minoritas Islam. Susah untuk mendapatkan makanan halal, serta tempat ibadah. Di sana terjadi konflik Sektarian antara Kristen dan Islam serta melegalkan barang-barang bersenjata.

Ustad berkacamata ini berprofesi sebagai uru karena ingin melakukan perubahan. Merubah genenerasi muda melalui pendidikan, serta mewujudkan kesejahteraan. Ustad berpesan bahwa kadang-kadang remaja terlalu cepat memvonis dirinya. Tetapi yakinlah semua yang kita harapkan bisa terwujud. Janganlah menyerah, putus asa dan patah arah. Jalani dengan ikhlas, layaknya tentara yang sesungguhnya dilatih dengan keras, disiplin tinggi, kuat, dan pejuang keras. (Nisa’ul Afifah/MA KMI Diniyyah Puteri)

pak fikri

Bapak yang bernama lengkap Zulfkiri S.THi, M.Hum ini lahir di Bantul, Jogjakarta 27 November 1988. Namun, kampung halamannya tetaplah di Sumatera Barat, yakni Lubuk Sikaping, Pasaman. Saat ini beliau menjabat sebagai Pembantu Ketua II bidang administrasi dan keuangan STIT Diniyyah Puteri, yang mengurusi berbagai macam surat-menyurat. “Walaupun jabatan yang diemban belum pernah dilakoni sebelumnya, tapi ini bagi bapak sebuah tantangan dan perlu untuk terjun langsung. Kita coba dulu prosesnya baru bisa mengetahui hasilnya,” ujarnya penuh semangat.

Pak Fikri menamatkan pendidikan di MTsN Lubuk Sikaping serta pernah menang dalam lomba debat dan pidato berbahasa Arab. Kemudian, melanjutkan menjadi siswa Keagamaan di MAN Koto Baru, Padang Panjang. Minatnya dalam bidang keagamaan terus berkembang hingga terus belajar ke Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Jogjakarta, jurusan Tafsir Hadis.

Dalam proses S1, pak Fikri mendapatkan nilai cumlaude. Salah satu motivasi beliau adalah kakak kelas satu kos yang dapat lulus dengan cepat dan mendapatkan nilai cumlaude terbaik sefakultas serta mendapatkan pin emas. Mengapa kita tak bisa melakukan hal tersebut, sedangkan kita sama-sama belajar di universitas yang sama. Dengan motivasi tersebut, dengan tekad yang kuat, beliau menulis setiap harinya satu hari satu halaman untuk tugas skripsi, dirutinkan dengan target dan tetap fokus pada tujuan dan target tersebut. Berkat usaha serta target yang fokus itu, pak Fikri mendapatkan beasiswa full dari universitas tersebut dalam program S2 jurusan Tafsir Hadis.

Walaupun memiliki target, pak Fikri tetap tidak ketinggalan dalam urusan organisasi di masa kuliah. Beliau ikut serta dalam organisasi SPBA (Studi Pengemar Bahasa Asing) dalam bidang bahasa Arab, IMM, dan pengurus El-isqha lembaga studi Qur’an hadis. Karena bagaimanapun sibuknya kita dalam urusan pekerjaan dan pembelajaran sebaiknya dengan hubungan sosial dapat diseimbangkan.

Anak pertama dari tiga bersaudara ini memiliki hobi travelling, membaca serta menulis beberapa tulisan jenis akademik seperti jurnal-jurnal untuk kampus. Jadi, kita dapat memilih apa jenis tulisan yang akan kita tulis, termasuk akademik ataupun non akademik tergantung dengan bakat dan minat kita terhadap tulisan yang akan kita tulis.

InsyaAllah dalam bulan September ini pak Fikri akan meneruskan S3 ke Bursa, Turki. Tepatnya di Uludag University, jurusan Basic Islamic Sains. Kira-kira bisa menghabiskan waktu sekitar 3 jam menuju Istanbul, kota terpopuler di Turki, yang disana ada museum Hagia Sophia yang dulunya pernah menjadi mesjid bagi umat Islam.

Turki merupakan negara sekuler, dimana sebuah negara menjadi netral dalam permasalahan agama, dan tidak mendukung orang beragama maupun orang yang tidak beragama. Serta negara yang nasionalis, memakai bahasa Turki, namun juga berbahasa Inggris. Bagaimanapun itu sebuah tantangan dan suatu hal yang baru bagi beliau walaupun mulanya diajak oleh teman. Sebelum memasuki perkuliahan di Uludag University, pak Fikri harus mengikuti program berbahasa Turki dalam waktu satu tahun.

Untuk peminat Turkey Scholarship, dapat melihat beberapa halaman di internet, peminatnya kurang lebih 85.000 orang dari seluruh dunia dan terpilih 60 orang di Indonesia mencakup program S1, S2, S3. Beasiswa yang pak Fikri pilih mengikuti tahap test administrasi yang cukup panjang dan test interview dengan kedutaan besar Turki di Jakarta. Alhamdulillah setelah beberapa test tersebut beliau mendapatkan beasiswa.

Beliau mendapatkan inspirasi dari bapak kos yang berkata, “Berlari sekarang, kalau bisa berlari sebelum sesat itu datang.” “Jadi, ubah sugesti kita, keluarlah ke luar negeri dan belajar dari pengalaman. Ada kemauan dan kesempatan jangan takut untuk mencoba selagi ada kesempatan, lalu bersyukurlah apapun hasilnya,” pesan beliau mengakhiri wawancara. (Nisa’ul Afifah/MA KMI Diniyyah Puteri)

10705371 1467237663538285 442673574 n

Umi Ida, begitulah sapaan akrab sosok salah satu guru asrama Perguruan Diniyyah Puteri yang selalu ingin dekat dengan Al-Quran ini. Umi manis kelahiran Kuala Tungkal, 29 November 1992 ini menyelesaikan hafalan 30 juz pada saat baru berumur 17 tahun.

Membawa haji kedua orangtua, mungkin merupakan cita-cita setiap orang, karena dengan menunaikan ibadah haji itu lengkaplah Islamnya seseorang. Begitu juga sosok umi yang sangat menyukai pisang ini, berhaji bersama kedua orangtua adalah cita-cita tertingginya.

Anak pertama dari tiga bersaudara ini memiliki hobi yang sungguh mulia, yaitu membaca Al-Quran. “Dengan membaca Al-Quran itu, hati menjadi tenang dan tentram,” ungkap umi yang menyukai warna biru ini, saat ditanya tentang hobi yang membuat orang berdecak kagum itu.

Menjadi seorang penghafal Al-Quran tidak membuat hidup umi hanya jalan di tempat saja. Buktinya beliau juga mengikuti berbagai lomba di berbagai daerah, mengikuti lomba tafsir Al-Quran tingkat provinsi Jambi, dan mengikuti MTQ Al-Quran 10 juz di Riau. Lebih hebatnya lagi, umi yang masih keturunan Jawa ini juara 1 lomba tahfiz 5 juz tingkat kabupaten Kuala Tungkal.

Setelah selesai menghafal 30 juz Al-Quran di pesantren al-Baqqatus shihat Kuala Tungkal, umi melanjutkan perjuangannya mondok di pesantren al Falah, Kediri. Di Kediri, umi yang memiliki adik perempuan dan laki-laki ini menetap selama 4 tahun. Selain mengulang hafalan, beliau juga belajar tafsir dan fiqih.

            “Umi merasakan begitu nikmatnya dekat Al-Quran setelah dulu ada teman umi yang mengatakan bahwa beliau sangat rindu membaca Al-Quran. Padahal di waktu Subuh dia udah tilawah bareng umi, sedangkan saat itu masih waktu Zuhur. Dari saat itulah umi merasa tersentuh, dan sangat merindukan Al-Quran setiap saat,” ungkap umi Ida mengakhiri wawancara, saat ditanya perasaannya bersama Al-Quran. (Annisa Amalia/MA KMI Diniyyah Puteri)