Meskipun pendaftaran santri baru dimulai tanggal 20 Desember 2014, beberapa hari terakhir sudah ada orang tua santri yang mendaftarkan putrinya di Diniyyah Puteri Padangpanjang, salah satunya adalah adalah orang tua dari calon santri yang berasal dari Jambi. Mereka akan melanjutkan pendidikan putrinya ke tingkat MTs DMP/DMP. Sepasang suami istri tersebut datang dengan membawa dua orang santri yang salah seorang adalah anak kandungnya, sedangkan yang seorang lagi kebetulan orang tuanya tidak bisa menemani karena berhalangan. Mereka datang untuk mendaftarkan nama anaknya terlebih dahulu, sambil menanyakan perihal tentang Diniyyah Puteri.
Awalnya, orang tua calon santri masuk dan bertanya kepada salah seorang karyawan Public Relation yang bertugas di receptionist mengenai Penerimaan Santri Baru. Hal yang ditanyakan seputar jadwal tes dan penilaiannya serta sekilas tentang Profil Diniyyah Puteri dengan peraturan-peraturan yang ada. Syafrini yang merupakan koordinator bagian Public Relation (PR) menjelaskannya kepada orang tua yang datang tersebut.
“Bagaimana dengan jadwal libur santri, seandainya anak kami diterima di Diniyyah Puteri ini?” tanya ibu dari calon santri. Kemudian Rini menjawab dan menjelaskan, “Di Diniyyah Puteri ini santri libur pada hari Jum’at, karena memberikan kemudahah bagi karyawan laki-laki dan hari Jum’at juga merupakan hari besar Islam, jadi kita harus merayakannya. Selain itu, pada hari Sabtu/Minggu, bagi orang tua santri yang berkerja sebagai PNS juga bisa mengunjungi anak mereka, karena itu merupakan jawal libur mereka di kantornya. Jika ibu dan bapak berkerja di Rumah Sakit, juga bisa mengunjunginya pada hari tersebut.”
Ketika pembicaraan berlangsung, orang tua Putri mengungkapkan kendalanya dalam kunjungan menemui anak pada hari Jum’at. Sebab hari libur santri adalah hari Jum’at, sedangkan profesi mereka yang berkerja di Rumah Sakit itu menuntut mereka untuk berkerja sampai Sabtu. Namun demi anak mereka akan disempatkan datang berkunjung sekali seminggu untuk melihat anak mereka yang bersekolah di Diniyyah Puteri nantinya, InsyaAllah. Setelah itu Syafrini pun ikut bertanya kepada calon santri yang bernama Putri dan Mifta mengenai kesiapan mereka untuk menuntut ilmu di sekolah yang akan mereka jalani dengan peraturan-peraturan yang diterapkan di sana.
Raut wajah mereka agak ragu, namun tetap diyakinkan oleh Syafrini bahwa mereka bisa untuk menjalaninya. Apalagi mereka sudah memiliki hafalan hampir 2 juz karena mereka berasal dari sebuah SDIT di Jambi. Putri bertanya apakah ketika kita sudah diterima dapat memilih ruangan asrama sendiri? Syafrini menjelaskan bahwa pemetaan kamar asrama memakai sistem lot, dengan tujuan agar santri dapat saling mengenal antar sesama. Namun ketika sudah naik kelas, maka teman kamar pun akan diacak lagi dengan tetap memakai sistem lot.
Ketika semua sudah paham dengan penjelasan, Syafrini memberikan buku pendaftaran santri baru agar dapat diisi oleh calon santri bahwa mereka ingin dan siap untuk menuntut ilmu di Diniyyah Puteri. Selesai mengisi mereka diajak untuk berkeliling dan memperkenalkan sarana dan prasarana yang ada di sekitar Diniyyah Puteri beserta orang tuanya.
Setelah mengetahui secara langsung tentang Diniyyah Puteri, kedua orang tua tersebut terlihat senang dan puas dengan pelayanan yang diberikan. Mereka pun pulang dengan rasa senang dan bangga. (Zulmairici/Karyawan Public Relation Diniyyah Puteri Padang Panjang)