Rabu, 25 Maret 2015. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Diniyyah Puteri Padang Panjang melaksanakan sidang munaqasyah (skripsi). Kegiatan ini dilaksanakan di gedung serbaguna Zainudin Labay El Yunusy Padang Panjang, dimulai dari jam 09.00 WIB hingga jam 16.00 WIB. Peserta berjumlah 2 orang yang merupakan mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) semester akhir. Sidang tersebut disaksikan oleh mahasiswi STIT Diniyyah Puteri.
Penguji sidang berjumlah 6 orang,yaitu pimpinan perguruan Diniyyah Puteri Fauziah Fauzan El Muhammadysebagai ketua penguji merangkap anggota, Syarifatul Hayati sebagai sekretaris penguji dan anggota, serta anggota penguji merupakan dosen STIT Diniyyah Puteri yaitu Juliwis Kardi, Yendri Junaidi, Salmiwati,dan Helmi Ali Akbar. Sidang munaqasyah di STIT berbeda dengan kampus-kampus lainnya. Di kampus biru itu sidang skripsi menggunakan tiga bahasa, yakni bahasa Indonesia, bahasa Arab dan bahasa Inggris. Mahasiswi juga dituntut untuk mempresentasikan skripsinya menggunakan bahasa Arab, Inggris, dan Indonesia.
Tujuan dari sidang ini adalah untuk mendapatkan gelar sarjana Strata Satu (S1) bagi mahasiswi yang akan menyelesaikan perkuliahannya. Selain itu juga sebagai penilaian terakhir yang diberikan dosen untuk mengetahui kemampuan mahasiwi. Penguji menilai dari segi hasil skripsi, kebenaran penelitian yang dilakukan, penguasaan materi, presentasi dan komunikasi bahasa Arab dan Inggris. Sehingga semua ilmu yang telah didapatkan oleh mahasiswi di kampus STIT Diniyyah Puteri dapat diterapkan dengan baik.
Sebelum mengikuti sidang munaqasyah, mahasiswi telah menyelesaikan syarat-syarat kelulusan lainnya, seperti sidang tahfiz, sidang proposal, magang, Program Praktek Lapangan (PPL) atau Program Pengabdian Masyarakat dan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Syarat-syarat kelulusan di STIT Diniyyah Puteri memang berbeda dari kampus lainnya. Karena program yang diterapkan lebih banyak.
Zatria Natriza, salah satu peserta munaqasyah mengungkapkan rasa bahagia atas kelulusan sidang skripsinya. Mahasiswi yang akrab disapa Ica itu, membuktikan bahwa mahasiswi STIT Diniyyah Puteri mampu tamat lebih cepat dari standarnya. Baginya syarat-syarat kelulusan dari STIT tidak sesulit yang banyak orang bayangkan. Tentunya dengan tekad, usaha dan semangat yang tinggi serta harus bisa mengatur waktu dengan baik dan tidak menunda pekerjaan. Selama kuliah, Ica juga bekerja part time, baik di lingkungan Diniyyah Puteri maupun diluar. Namun mahasiswi yang berbakat public speaking itu mampu membagi waktu antara bekerja dan kuliah. Semua yang menyaksikan merasa terharu dan termotivasi dangan pesan yang disampaikan Ica.
“Saya merasa suasana munaqasyah tersebut sangat menegangkan, termasuk saya yang belum pernah sebelumnya menyaksikan sidang munaqasyah yang luar biasa seperti di STIT Diniyyah Puteri ini. Presentasi skripsi dengan tiga bahasa, bahasa Indonesia, Arab dan Inggris. Saya sangat bangga melihat mahasiswi yang mengikuti sidang itu begitu bersemangat dan selalu bersuha menjawab pertanyaan dari para penguji, baik dengan bahasa Arab, inggris maupun Indonesia. Semoga seluruh mahasiswi STIT Diniyyah Puteri menjadi pendidik yang berkualitas,” ujar Elda Wati selaku staf administrasi STIT Diniyyah Puteri.
Harapannya seluruh mahasiswi STIT Diniyyah Puteri mampu menjalani perkuliahan dengan baik dan menyelesaikan semua syarat-syarat kelulusan. Selalu berusaha dan melakukan yang terbaik untuk kampus STIT Diniyyah Puteri. Sehingga setelah meraih gelar Strata Satu (S1), mahasiswi menjadi para pendidik berjiwa emas yang mampu membawa perubahan di dunia pendidikan. Semoga menjadi mujtahid Allah SWT dan berguna bagi bangsa dan negara tercinta. Amin.(Jummiati Oktariana/News Reporter Diniyyah puteri)