web-vianda

VIANDA TIA RAMADHANDA

MUSLIMAH TRAVELER DAN PENULIS PUISI 

“Allah memberikan cobaan sesuai batas kemampuan kita. So, keep spirit.” Begitulah moto hidup dari muslimah multitalenta yang bernama Vianda Tia Ramadhanda ini.

Travelling dan menulis puisi baginya sangat menyenangkan. Dengan Travelling ia dapat melepaskan penatnya, dan melalui puisilah ia menggambarkan perasaannya. Muslimah yang kerap disapa Tia ini adalah putri pertama dari tiga bersaudara yang saat ini duduk di kelas XI IPA MA KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang.

Meskipun terkesan sederhana, moto hidup itu menjadikan Tia sebagai muslimah yang tangguh dalam menghadapi segala rintangan. Dan menghantarkannya untuk meraih berbagai macam prestasi, baik itu akademik maupun non akademik. Tia yang dikenal sangat periang ini pernah meraih peringkat ketiga dalam perlombaan Menulis Puisi Se-Diniyyah Puteri dalam rangka Nuzul Qur`an beberapa bulan yang lalu. Semasa duduk di bangku Sekolah Dasar, Tia juga pernah meraih peringkat pertama dalam lomba Baca Puisi tingkat Propinsi Riau.

Putri dari pasangan Nandik Sufaryono dan Siti Aisyah ini mengaku bahwa bakatnya dalam menulis puisi adalah karena ia sering melihat papanya menulis puisi. “Awalnya sih aku suka baca puisi waktu TK. Waktu ngeliat papa nulis puisi, aku mulai tertarik dan ikut-ikutan. Hingga akhirnya aku lebih suka menulis puisi daripada membaca puisi sampai sekarang,” tutur Tia yang sudah sering puisinya dimuat di harian Singgalang ini.

Bagi pengagum Khalil Gibran dan Khairul Anwar ini, puisi adalah alat untuk mensyukuri nikmat Tuhan, karena jika kita melihat sesuatu yang indah, kita bisa menuangkannya dalam bentuk tulisan. Dan Puisi itu bukanlah rayuan, tapi puisi adalah sebagai dasar perasaan yang mendalam dan mempunyai makna. “Terkadang remaja pada zaman sekarang menganggap bahwasanya puisi hanya untuk pujangga tua dan tidak gaul bagi remaja, kecuali puisi yang berisi gombalan,” tambahnya.

Selain berbakat dalam bidang puisi, muslimah berdarah Riau ini juga berbakat dalam bidang Paskibraka. Ia pernah menjadi anggota Paskibraka kota Bandung, dan meraih juara kedua kostum terbaik.

Bagaimana dengan travelling? Selain merilekskan pikiran, travelling bisa dijadikan sebuah kenangan. Kenapa? “Karena pada saat kita tidak akan ketempat itu lagi, kita dapat mengenang dan mengingatnya lewat puisi,” tutupnya.