Sobat, pernah nggak mikir, kenapa ya kebanyakan anak Yahudi itu jenius semua? Contohnya aja kayak Albert Einstein, sang pencetus teori relativitas dan penemu bom atom yang IQ-nya 160, atau kayak Niels Bohr seorang ahli Fisika, Sigmund Freud seorang psikiatris terkenal, juga ahli-ahli lain yang dapet penghargaan Nobel dari berbagai disiplin ilmu, mulai dari literatur, kedamaian dunia, kimia, dan lain-lain.

            Ternyata, rahasia jeniusnya anak Yahudi udah dimulai sejak mereka dalam kandungan. Waktu seorang ibu tahu bahwa dia sedang mengandung, maka ibu tersebut akan bernyanyi, bermain piano dan ngebeli buku Matematika. Bermain piano plus bernyanyi ini akan berpengaruh pada suasana hati sang bayi yang sedang dikandungnya. Dengan ini sang ibu diharapkan dapat ketenangan, dan akhirnya pas sang bayi lahir, dia bakalan punya karakter yang tenang dan matang buat menghadapi masalah hidup nantinya. Nah, kalo buku Matematika buat apaan, dong? Ternyata, nggak tanggung-tanggung, si ibu bakalan ngerjain soal-soal di dalamnya dan berlatih setiap hari hingga tiba saat melahirkan, dengan tujuan mengembangkan kecerdasan otak bayinya. Kadang mereka ngerjain bareng suaminya, atau nanya ke saudara dan kerabat kalo ada soal yang sulit. Wuih.. perencanaan yang mateng banget, kan?

            Lain lagi kalau soal makanan. Sejak awal mengandung, para ibu udah keranjingan mengonsumsi kacang almond dan kurma plus susu. Waktu tengah hari, makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala, barengan sama salad yang dicampur almond dan berbagai jenis kacang-kacangan. Kata mereka, daging ikan itu baik banget buat perkembangan otak, tapi kalau kepala ikan itu mengandung bahan kimia yang nggak baik dan bisa ngerusak perkembangan otak anak di dalam kandungan. Weits, nggak itu aja, mereka juga diwajibkan mengonsumsi banyak pil minyak ikan. Mereka juga selalu makan buah-buahan terlebih dulu, baru mengonsumsi makanan berat kayak roti atau nasi.

            Nah, ketika anak-anak mereka lahir, perjuangan nggak sampai di situ aja. Sejak kecil anak-anak Yahudi diwajibkan berlatih piano dan biola. Saintis Yahudi percaya bahwa memahami not musik akan meningkatkan IQ kita. Musik yang didenger juga bukan musik sembarangan, tapi musik-musik klasik karya Beethoven, Mozart, Bach, atau semacamnya. Lanjuut, dari kelas 1 sampai 6 SD, anak-anak Yahudi bakal diajari Matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA juga sangat diutamakan. Olahraga juga menjadi kewajiban, yaitu memanah, menembak dan berlari. Menembak dan memanah bisa ngebuat otak jadi lebih fokus, selain menembak yang jadi bagian dari membela negara.  

            Menjejak ke sekolah tinggi alias universitas, di sini mereka digojlok dengan sains. Para mahasiswa didorong untuk menciptakan produk dan berkarya. Di tahun akhir universitas, mahasiswa disuruh untuk mengerjakan proyek dan mempratekkannya. Mereka nggak bakalan lulus kalo belum dapat keuntungan sebanyak 1 juta US$! Wuih.. keren nggak tuh?

            Satu hal lagi, jangan sekali-kali merokok kalau kita diundang makan ke rumah orang Yahudi. Mereka bakal nyuruh kita keluar dan merokok di luar rumah. Menurut ilmuwan Israel, nikotin bisa merusak sel utama pada otak manusia dan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal ngebawa generasi yang cacat otak alias bodoh. Jadi, merokok itu kayak hal yang kejam dan menjijikkan buat orang Israel, karena bukan cuma ngerusak gen si perokok, tapi juga gen orang-orang yang menghirupnya.

            Coba bandingin sama orang-orang di Indonesia. Dari mulai angkot, bus kota, warteg, sampai di teras masjid, bahkan tak sedikit di dalam masjid, pasti ada orang yang dengan santainya merokok. Mereka nggak peduli dengan akibat yang bakal ditimbulkan. Orang Yahudi juga nggak cuma melatih anaknya sejak balita atau bayi, tapi sejak usia kandungan!

            Yuk, kita contoh bangsa Yahudi dari kejeniusan mereka. Nggak usah dilihat dari hal lain, contoh aja gimana cara mereka mengembangkan keturunan yang jenius dan bisa ngerubah dunia. Salam sukses untuk generasi bangsa! (Qurrota Aini/MA KMI Diniyyah Puteri)