capture-20130718-103055

Pospenas ke 6 tahun ini diadakan di Sulawesi Utara tepatnya di Gorontalo. Kota yang sempat dikenal dengan seorang Briptu berbakat bollywoodnya yakni Norman Kamaru. Seperti setiap daerah lainnya di Indonesia, Gorontalo memiliki banyak sekali keunikan. Nah, dengan adanya Pospenas ini menjadikan ajang bagi Gorontalo untuk menampilkan berbagai ragam budaya yang ada di daerahnya. Salah satu budaya Gorontalo yang paling dikenal dan sedang naik daun ketika Pospenas ini adalah Bentor, sebutan untuk becak motor. Bentor adalah salah satu kekhasan Gorontalo dalam bidang transportasi.

Mungkin bagi sebahagian orang hal ini tidaklah asing. Beda tipis dengan becak yang biasa kita lihat, kebanyakan dengan memakai sepeda, tapi yang ini agak sedikit lebih modern, yaitu dengan sepeda motor. Sebagian orang beranggapan biasa-biasa saja, karena pada setiap daerah kita juga dapat menemukannya, hanya tidak terlalu booming. Jika ke Gorontalo pastinya yang selalu jadi objek perhatian adalah bentor. Bentor mengalahkan kendaraan-kendaraan lainnya. Pertama kali menginjakkan kaki di Gorontalo yang jadi bahan tertawaan adalah bentor. Entah mengapa sedikit keunikan yang memancing lawakan. Karena selama ini kita tak terbiasa melihat yang seperti itu. Jika di Padang diramaikan dengan angkot yang super nyentrik, dilengkapi dengan musik nyaring dengan volume yang mendebarkan, tampilan yang heboh tak kalah dibanding parade tahunan, dan klakson yang hampir memekakkan telinga. Berbeda dengan Gorontalo, bentorlah yang beraksi seperti ini. Tak kalah pula fasilitasnya dibandingkan dengan angkot di Padang.

Memang agak susah menemukan angkot di Gorontalo. Ada, tetapi jarang karena rute yang disediakan unutk pengguna angkot dalah rute untuk jarak jauh. Sekali menemukan angkot, angkotnya bergaya kalem dan seperti jauh tersaingi dibanding bentor. Seperti tak terusik sama sekali dengan kehebohan harga BBM yang melonjak, bentor tetap eksis.

Dengan sedikit tawar-menawar harga dan memakai status sebagai pelajar, kami minta harga semurah mungkin. Tak jarang karena kasihan pun abang-abang bentor menerima saja dengan tampang yang ‘ikhlas tak ikhlas’. “Maklum bang, pelajar. Biasanya juga segini.” Segini dalam artian yang sebenarnya kami tidak tahu bahwa ternyata terlalu murah untuk biasanya. Ah, sudahlah kalimat “jarang-jarang ke Gorontalo” pun terucap.

Selain bentor yang menarik, nilai plusnya ada pada keramahan abang bentor. Dengan logat khas Gorontalonya yang kental, mereka dengan senang hati bercerita dan menjawab pertanyaan polos kami tentang Gorontalo. Bentor pun menjadi salah satu kenangan unik yang dibawa peserta Pospenas. Grup facebook Pospenas yang baru dibuat pun penuh dengan beragam status dan komentar lucu tentang bentor.

Sampai aku pun berpikir sepintas. Sepertinya logo Pospenas akan menjadi lebih unik dan lucu jika jagung yang memegang obor itu menjadi jagung yang sedang memegang obor dan menaiki bentor. Ada-ada saja.

Jadi, bagi teman-teman yang belum pernah ke Gorontalo, jangan lupa kalian harus mencoba bentor. Mungkin bentor bisa menjadi alternatif untuk menemani berkeliling menikmati Gorontalo. Tulisan ini aku persembahkan untuk seluruh peserta POSPENAS VI yang sedang rindu dengan bentor dengan status bentor memenuhi grup facebook. Mari tertawa.

(Safira Widastika/MA KMI Diniyyah Puteri)