(Sartika Suryadinata/MA KMI Diniyyah Puteri)

 

Sore begitu cerah. Rania tampak bahagia. Dari tadi ia tak henti-hentinya tersenyum, sembari matanya terus memandang langit biru nan mempesona. Burung-burung terbang dengan riangnya. Sepertinya alam pun ikut berbahagia menyambut datangnya bulan Ramadhan. Begitu juga dengan Rania. Ia sudah tak sabar ingin merasakan puasa pertamanya di asrama.

“Rania. Kita ngumpul di asrama sebentar.” Suara Dara sang ketua asrama, menyentakkan lamunan Rania. Ia, Sallmy, Nadia dan Dea bangkit dari kursi yang diduduki dan berjalan menuju asrama.

“Aku mau ngomongin sesuatu, harap pasang telinga dan denger baik-baik,” ucap Dara.

“Iya…, cepet aja. Aku banyak kerjaan nih,” balas Dea cemberut.

“Gini… Seksi kesenian dari OSIS ngadain program sahur berdendang dan asrama kita dapat giliran hari ke 2 Ramadhan. Ntar akan dipilih asrama mana yang terbaik,” lanjut Nadia menjelaskan.

“Apa-apaan tuh. Aku ogah capek-capek bangunin orang,” jawab Dea dengan wajah ketus.

“Yaelah Dea... Kalau kamu gak mau ikut, ya udah. Siapa juga yang mau kamu ikut,”

“Apa kamu bilang? Kamu nantangin aku ya…?

Keributan tak dapat dielakkan, suasana cerah pun berubah menjadi mencekam. Rania hanya mematung menyaksikan Dea dan Nadia beradu argumen. Ia tak bisa berkata-kata. Baginya Dea dan Nadia telah merusak sorenya yang cerah. Rania marah, kesal dan ingin menangis. Tak ada satu pun yang mau melerai.

“Diam…..!”

Tanpa ba bi bu, Dea dan Nadia langsung duduk ke tempatnya semula. Mereka tahu, kalau Rania sudah marah, tidak akan ada yang bisa selamat keluar dari asrama ini. Semua yang ada akan dilemparnya, mulutnya komat-kamit ndak jelas. Salmy sahabatnya berusaha menenangkan Rania dan mengajaknya keluar dari asrama.

* * *

“Rania, aku udah dapat yel-yel buat sahur berdendang tu,“ ujar Sallmy.

“Wah… bagus tuh, Sal. Coba aku lihat.”

Sesaat mereka bercengkrama seputar yel-yel itu. Tanpa terasa, adzan Ashar pun berkumandang. Semua santri berbondong-bondong memasuki masjid. Begitu pun dengan Rania. Ia segera menuju tempat wudhu. Selepas Ashar, Rania ingin melanjutkan tilawahnya. Tapi tiba-tiba.

“Rania, kita latihan di asrama, ayo balik.”

“Hah… iya, sebentar Dea, duluan aja.”

“Jangan lama-lama ya…”

Canda tawa terdengar dari asrama Khadijah 2. Latihan yang harusnya serius, berubah jadi ajang lawakan. Apalagi kekocakan Salma, menambah riang suasana. Plesetan-plesetan yang diucapkannya membuat semua penghuni asrama tertawa terpingkal-pingkal. Dea dan Nadia yang biasanya selalu beradu argumen pun terlihat begitu kompak sore ini. Hati Rania begitu gembira melihat teman-temannya. Semua bergembira, tak ada kata sedih di dalam diri mereka sampai adzan Maghrib berkumandang.

Setelah berbuka puasa dengan berbagai macam hidangan, Rania bersiap-siap untuk pergi ke Masjid. Tapi perutnya tak bisa berkompromi. Ia langsung berlari ke kamar kecil. Tanpa disangka, ternyata di sana telah mengantri, Dea, Salmy dan Nadia. Mereka pun tertawa terbahak-bahak.

“Aduh… kok bisa samaan gini sih,“ ujar Rania

“Tau ah, mana perut sakit banget,“ balas Sallmy menimpali

“Hm… berarti kita gak teraweh dong,“ kata Dea jahil.

“Ha..ha..ha… bisa aja kamu De, ya gak lah.”

Tawa kembali pecah. Sepertinya Ramadhan ini mereka penuhi dengan canda dan tawa.

* * *

“Rania bangun, kita harus bangunin orang sahur.“ Sallmy menggoyang-goyangkan tubuh sahabatnya itu.

“Hmm…” Rania bangkit lalu melirik ke arah jam dinding.

“Aduh Sallmy, baru juga jam 3. Ini mah kecepetan.“ Rania menarik selimutnya kembali.

“Ih… Rania, liat tuh teman-teman yang lain udah pada ngumpul.”

“Hah… masak iya,” Rania meloncat dari kasurnya, lalu memakai kerudung.

Ternyata Sallmy dan Rania tidak terlalu terlambat. Teman-temannya masih berkumpul di lapangan. Nadia yang melihat kedatangan Rania dan Sallmy, langsung menyuruh mereka berbaris. Asrama pertama yang akan dibangunkan adalah asrama adek kelas. Rania dan teman-temannya pun beraksi.

Bangun… adekku sayang… jangan tidur-tiduran…”

Ayolah kita sahuran, agar puasanya tahan…”

Rania bernyanyi dengan semangat. Adek-adek yang merasa risih pun segera bangun dan beranjak dari tempat tidur masing-masing. Tampak jelas raut kekesalan di wajah mereka. Mungkin kesal karena tidur nyenyaknya terganggu. Sahur berdendang dilalui dengan penuh semangat, meskipun mata mengantuk dan dingin yang begitu menusuk tulang. Ditambah lagi tingkah adek-adek, kakak kelas dan teman-teman yang tidak mau bangun. Itu tak jadi penghalang bagi mereka. Mereka tetap bersemangat, supaya bisa terpilih jadi juara.

* * *

Hari ini, Rania akan kembali ke rumah. Karena libur Ramadhan sudah tiba. Ia senang bukan main, karena bisa berkumpul kembali bersama keluarganya dan berbuka bersama. Wah… sudah terbayang olehnya semua itu. Tapi ada rasa sedih yang menyelinap di ruang dadanya. Takkan ada lagi canda tawa bersama teman-temannya kala waktu berbuka telah datang.

Kenangan-kenangan yang telah dilaluinya selama Ramadhan di asrama muncul berkelebat di pikiran Rania. Meskipun hanya berpisah sebentar saja, ia pasti akan tetap merindukan kebersamaan di asrama. Ia melirik Sallmy yang duduk di sebelahnya.

“Sal, ntar kalau kamu udah di rumah, tetap bangunin aku sahur ya…,” ucap Rania

“Pasti dong,“ ujar Sallmy tersenyum manis.

“Juara sahur berdendang adalah… Asrama Khadijah 2”

Suara itu menghentikan obrolan Rania dan Sallmy, mereka bersorak girang. Dari jauh mereka melihat Nadia dan yang lain. Mereka semua maju ke depan untuk menjemput piala kemenangan dan saling berpelukan satu sama lain. Betapa bahagianya hati Rania saat itu, tak dapat diungkapkan lewat kata-kata.

Perguruan Diniyyah Puteri, Ramadhan 1433 H. Buat teman-teman seasrama tercinta.

# # #