capture-20131003-141612

Terkait hal ini, Allah Swt berfirman sebagai berikut, “Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai Subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” (QS Al-Falaq [113]:1-5).

            Al-Ghazali meriwayatkan dari ulama salaf bahwa kesalahan pertama manusia adalah sifat dengki. Sifat dengki itu ditunjukkan iblis terhadap martabat Nabi Adam a.s. Karena kedengkian tersebut, iblis tidak mau bersujud kepada Nabi Adam a.s.

            Dengki (hasad) adalah membenci kebahagiaan orang lain danberharap kebahagiaan tersebut hilang darinya. Sifat seperti ini haram. Sedangkan iri hati (ghibthah) adalah melihat nikmat orang lain tanpa membenci keberadaannya dan tidak pula berharap supaya nikmat itu hilang dari orang tersebut, tetapi dia berharap Allah Swt juga menganugerahkan rezeki yang sama pada dirinya.

            Abu Bakar Al-Razi mengatakan bahwa dengki bersumber dari gabungan sifat pelit (bakhil) dan keburukan jiwa. Sifat ini lebih buruk dari sifat pelit. Karena, sifat pelit tidak menghendaki agar orang lain memiliki apa yang kita miliki. Adapun sifat dengki selalu berharap orang lain tidak boleh lebih dalam mendapatkan kebaikan.

            Sifat dengki adalah satu salah satu penyakit jiwa yang sangat berat. Besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sifat dengki terhadap manusia dan masyarakat, menyebabkan Alquran membenci sifat ini dan memerintahkan manusia untuk berlindung dari buruknya sifat dengki. Perintah berlindung ini sama dengan perintah untuk berlindung dari rayuan setan, karena sifat dengki merusak ketaatan dan menumbuhkan kesalahan. Ia ibarat bara api yang berkobar di dalam dada pendengki. Wajah pendengki selalu murung, diselimuti kecemasan, marah dengan takdir Allah, dan menentang hikmah Allah.

            Abu Bakar Al-Razi bependapat bahwa sifat dengki merugikan jiwa. Karena, sifat tersebut menghalangi seorang untuk melakukan kegiatan bermanfaat. Kondisi ini menimbulkan kesedihan yang berkepanjangan dan membuat yang bersangkutan suka berangan-angan. Hal seperti ini berbahaya untuk badan karena perhatian orang tersebut selalu tertuju kepada orang yang didengkinya ibarat mengkonsumsi gizi buruk. Kebiasaan seperti ini memperburuk penampilan seseorang dan merusak postur tubuh.

            Dr. Hamid Al-Ghaubi mencatat dampak buruk sifat dengki terhadap kesehatan tubuh dan menjelaskan bahwa sifat dengki menimbulkan reaksi kejiwaan bagi pendengki, sebagaimana gangguan pada kelenjar pangkreas. Kondisi seperti ini menimbulkan rasa sakit pada tubuh dan dapat membuat yang bersangkutan menjadi kurus.

            Pendengki senantiasa berada dalam kondisi terjepit dan resah, biasanya dibarengi dengan penyakit susah tidur (insomnia). Semakin lama menderita insomnia, seorang akan merasa letih, capek, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sampai terlihat tanda-tanda gangguan jiwa yang membahayakan, seperti pusing dan dengungan di telinga. Sehingga bisa mengganggu ketenangannya, bahkan terkadang timbul rasa nyeri di dadanya. Setiap kali rasa dengkinya timbul, rasa sakit terus bertambah dan rasa sakit tersebut terus-menerus kambuh, sehingga dadanya terasa sesak.

            Sifat dengki bisa memperparah luka lambung yang sudah ada, karena adanya reaksi lambung yang lebih kuat dibanding reaksi karena salah mengkonsumsi makanan. Luka lambung terkadang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah. Meningkatnya tekanan darah dan reaksi lambung tentu memiliki risiko besar. Dalam kondisi demikian biasanya dokter menasehati orang tersebut untuk hidup tenang, dan mengosongkan beban pikiran. Sang Dokter pasti berusaha mengalihkan perhatian pasien dengan memikirkan hal yang lain dan berusaha menjauhkannya dari reaksi kejiwaan.

            Sifat dengki terkadang menyebabkan penderitanya senang menyendiri dan mengasingkan diri. Sikap ini semakin memperburuk pikiran apabila tidak mampu mengatasinya, karena sebagian besar pendengki merasa dirinya sehat dan tidak perlu melakukan upaya pengobatan. Dampak sifat dengki yang paling berat adalah perubahan raut muka yang mengkerut, seperti muka orangtua dan banyak tumbuh uban, padahal usianya masih muda.

            Al-Ghazali adalah salah seorang yang menjelaskan cara pengobatan penyakit ini dalam kitabnya, Ihya Ulum Al-Din. Menurutnya, sifat dengki adalah salah satu penyakit hati yang tergolong berat. Obat penyakit hati hanyalah ilmu dan amal.

            Sifat dengki dalam urusan dunia menyebabkan seseorang merasa sakit atau menderita karena sifat tersebut. Ia selalu berada dalam kondisi sedih dan sakit hati karena melihat nikmat yang didapatkan oleh orang lain.

            Sebaliknya, sifat tersebut tidak berpengaruh buruk kepada orang yang didengki baik dalam urusan dunia dan agama. Karena, nikmat yang dimiliki seseorang tidak akan musnah lantaran sifat dengki dari orang lain. Ketentuan Allah Swt terhadap nikmat tidak akan hilang sampai waktu yang ditentukan-Nya dan tidak ada yang mampu menolaknya. Sebab, segala sesuatu telah tercatat dalam takdir-Nya.

            Begitu pula dalam urusan agama. Orang yang didengki tidaklah rugi, namun malah justru mendapat manfaat dari sifat dengki orang lain kepadanya. Sebab, dalam hal ini, dia termasuk orang yang terzalimi, terlebih lagi jika ia dibicarkan atau dihina. Semua itu akan menjadi kebaikan bagi yang didengki. Sungguh. Semua kebaikan yang dimiliki oleh pendengki akan dilimpahkan kepada orang yang didengkinya kelak pada Hari Kiamat.

            Sifat dengki harus segera diatasi. Setiap kali muncul, baik dari segi perkataan maupun perbuatan, kita harus segera mengendalikan diri. Jika sifat dengki mendorong untuk mencela orang yang didengki, maka kita berusaha untuk memuji. Jika sifat dengki mendorong untuk takabur, maka sesegera mungkin kita memaksa diri untuk merendah diri. Begitu seterusnya, sampai tumbuh kebiasaan untuk mengikis sifat dengki.”

            Pada hakikatnya, pendapat Al-Ghazali yang mengatakan bahwa sifat dengki tidak berdampak buruk kepada orang yang didengki, tidak selamanya benar. Karena dalam surat Al-Falaq, Allah Swt memerintahkan orang yang beriman untuk berlindung dari keburukan orang yang didengki.

            Dr. Muhammad Khalid Sulthan menafsirkan ayat tersebut. “Alquran menjelaskan kepada ahli psikologi atau bagian penting terkait adanya keinginan buruk supaya terjadi masalah di tengah masyarakat,” begitu komentarnya.

            Lebih lanjut, ia mengatakan, “Sesungguhnya sifat dengki jika dilihat dari tingkah laku terbagi menjadi dua: yang sengaja dan yang tidak sengaja. Anggota tubuh tidak akan berbuat jika tidak ada tindakan. Tubuh tidak akan menghasilkan sesuatu tanpa ada tindakan, baik disengaja maupun tidak. Cemburu bagi manusia adalah tindakan yang bersifat kejiwaan, bukan perbuatan fisik. Akan tetapi, terkadang bisa berubah menjadi dengki yang merupakan tindakan jiwa yang disengaja.

            Oleh karena itu, ada yang berpendapat bahwa pendengki tidak akan berdampak apa pun kepada orang yang didengkinya jika ia tidak bermaksud mendengkinya. Inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah “dari kejahatan pendengki bila ia dengki”. Jika pendengki tidak melakukan tindakan kepada orang yang didengkinya, maka tidak akan berdampak apa pun kepada yang didengkinya.

# # #