- Details
- Published on 05 May 2019
Salah satu divisi otonom Perguruan Diniyyah Puteri yakni Diniyyah Research Centre (DRC), mengadakan Literacy Camp bagi santri Diniyyah Puteri. Menurut ketua pelaksana, Riki Eka Putra ST, acara ini bertujuan untuk membuka wawasan santri, mengajarkan mereka membaca alam sekitar guna memperluas wawasan, karena jika hanya dari buku saja, wawasan mereka akan kurang berkembang. Selain itu, itu mereka juga perlu banyak membaca alam sekitar supaya bisa benar-benar memahami dan menjalani kehidupan dengan baik. Manager Publishing DRC ini juga menjelaskan bahwa dengan adanya acara ini santri diharapkan bisa berkomunikasi dengan orang di sekitarnya sehingga bisa memberikan solusi terhadap masalah yang mereka temukan di lapangan.
Kegiatan yang dilaksanakan pada Kamis-Jum’at, 25-26 April 2019 ini berlokasi di Diniyyah Outbond dan Agro (DOA) Diniyyah Puteri Padangpanjang. Diikuti oleh 10 orang santri MTsS DMP dan SMP, serta 5 orang santri MAS KMI Diniyyah Puteri. Acara pertama diisi oleh pendongeng nasional, Niki Martoyo. S.Pt. Pak Niki memberikan banyak ilmu tentang mendongeng, seperti manfaat mendongeng bagi anak, macam-macam dongeng, teknik mendongeng, dan lain-lain. Peserta turut diminta untuk praktek mendongeng ke depan seperti pendongeng pada umumnya.
Aktivitas berikutnya, yaitu mengunjungi Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang. Di sini, para peserta mempelajari literasi musik bersama Kak Alvin dan Kak Asep. Para santri dikenalkan dengan beberapa alat musik modern, seperti biola, cello, terompet, klarinet, dan lain-lain. Beberapa santri diperbolehkan memainkan alat musik tersebut. Pada malam hari, peserta mendapatkan motivasi dari salah satu alumni Diniyyah Puteri, Bayu Suci Kurnia, tentang bagaimana cara berprestasi dengan literasi. Kak Bayu berbagi ceritanya, mulai dari mengikuti debat tingkat ASEAN, menjadi penerjemah sebuah seminar, hingga mendapatkan beasiswa S2 ke Belanda yang InsyaAllah akan berangkat pada tahun 2020 mendatang. Motivasi tentang kehidupan berdasarkan pengalamannya mengajar di daerah pedalaman ikut diberikan. Mendengar cerita kondisi sekolah yang kurang memadai di sana, kondisi anak-anak yang harus menyeberang sungai dan mendaki saat pergi ke sekolah, dan semacamnya, membuat para peserta Literacy Camp harus banyak merasa bersyukur.
Hari berikutnya, para santri mengikuti hiking literasi. Hiking ini tidak sekedar mendaki, tapi juga mempelajari tempat-tempat yang dilalui. Rute perjalanan melalui Stasiun Kereta Api Padangpanjang. Stasiun tersebut sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Walaupun sudah tidak aktif lagi, tapi rel kereta apinya masih kuat dan kokoh. Sedikit menyedihkan melihat rel kereta api itu yang banyak dicoret oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Selanjutnya peserta tiba di Jorong Sangkur, Kabupaten Tanah Datar, yang hanya dibatasi oleh sungai dengan Kota Padangpanjang. Kondisi daerah di sana kurang baik. Jalanannya mendaki melewati tanah yang licin. Di tempat ini para santri memberikan sembako kepada warga sekitar.
Di pengujung acara, peserta menuliskan jurnal kegiatan selama mengikuti camp ini. Ada pula penyampaian kesan dan pesan dari beberapa peserta. “Awalnya, saya bingung ingin ikut atau tidak, dan akhirnya ikut. Ternyata, saya mendapatkan banyak pelajaran berharga,” ujar Hanifah Syakirah, salah satu peserta. Peserta lainnya, Afira Azzahra, mengatakan bahwa ia sangat senang mengikuti acara ini. Beragam ilmu yang diperolahnya. Ia berharap kedepannya Literacy Camp ini terus diadakan dengan durasi waktu yang lebih lama. (Zikra & Rahmi Yulianti)