wisuda STIT

Padang Panjang- Sekolah Tinggil Ilmu Tarbiyah (STIT) Diniyyah Puteri kembali menggelar wisuda sarjana S1 minggu lalu. Bertempat di aula Zainuddin Labay, sebanyak 20 orang wisudawati resmi menyandang prediket gelar sarjana atau S.Pd.I.

Kordinator Kopertais wilayah VI Sumbar, Dr. Eka Putera Wirman, M.A, dalam sambutannya memberikan apresiasi atas acara ini. Menurutnya walau pun sedikit jumlah yang ikut wisuda tetapi mereka semua bernas ( berisi).

Rektor IAIN Imam Bonjol Padang yang baru dilantik ini juga merasa kagum dengan pola persyaratan kelulusan untuk menuju Munaqasah atau ujian sidang akhir skripsi yang mesti dilewati setiap    calon sarjana STIT Diniyyah Puteri.Diantaranya mereka harus menuntaskan hafalan Al qur’an sebanyak 3 juz selama masa perkuliahan. Merancang SOP lembaga pendidikan, dan bisa berkomunikasi bahasa dalam asing baik secara aktif maupun pasif.

Ketua STIT Diniyyah Puteri, Syarifatul Hayati, Lc, MA, menambahkan, selain itu calon sarjana terlebih dahulu harus magang sebagai junior trainer di Diniyyah Training Centre(DTC), sebagai junior konsultan di Diniyyah Research Centre(DRC), Magang di beberapa perusahaan multinasional dan praktek mengajar di luar negeri.

“Khusus praktek mengajar   sebanyak 17 mahasiswi telah melakukan praktek mengajar disana, tepatnya di sebuah sekolah SMA SMADI di Perak Darul Ridzuan untuk selama tiga minggu,” tukasnya,

Dia merincikan jenis kegiatan mahasiswi disana seperti selain menggelar training motivasi, mengajar bahasa asing, juga masuk kelas untuk mengajar dan program tahfizh.

Atul sapaan akrabnya menyebutkan wisudawati terbaik dan tercepat tamat tahun ini  adalah atas nama Zatria Nasriza dengan IPK 3.7 dalam masa 3,5 tahun.

“ Ini sebuah pelajaran bagi adik-adik tingkatnya, bahwa pameo yang mengatakan di STIT lama tamat tidaklah benar. Buktinya, Zatria yang juga kuliah sambil bekerja bisa cepat selesai” ujarnya.

Dirinya menilai bahwa cepat atau lama studi seseorang mahasiswa bukanlah ditentukan oleh dosen pembimbingnya atau kampusnya, melainkan dari mahasiswa itu sendiri. Dia juga menghimbau bahwa mahasiswi STIT dapat meniru jejak langkah Zatria yang pernah menjadi finalis pada AKSI Indosiar 2014 lalu.

Disamping itu, lulusan Al Azhar Kairo Mesir ini membenarkan bahwa beberapa wisudawati ada yang berusia paruh baya, “seperti Ibu Zuraida, guru Raduhatul Athfal Diniyyah Puteri, ikut pula wisuda karena telah berhasil menyambung kuliahnya di STIT Diniyyah Puteri dari sarjana muda menjadi sarjana penuh. Kami bangga dan memberikan apresiasi kepada beberapa mereka yang seharusnya kami anggap orang tua kami, tetapi karena semangat menuntut ilmu, mereka berani menyambung kuliahnya kembali di STIT,” ungkapnya.

Selain itu, sarjana yang baru diwisuda kemarin juga ada berasal dari Aceh. Antara lain Merawati,Fitriani dan Dewi Sariati. Katanya, ketiganya masih melanjutkan pengabdiannya di asrama Diniyyah Puteri, karena sebelumnya mereka juga kuliah sambil bekerja di lingkungan asrama.

Atul juga memberi tahu masa penerimaan mahasiswi baru STIT yang akan berakhir kepada media ini.

“ Untuk sekarang, masa pendaftaran mahasiswa baru masih dibuka, baik jurusan Pendidikan Guru Agama Islam maupun Pendidikan Guru Raudhatul Athfal. Pendaftaran ini akan segera ditutup awal September nanti. Biasanya, kuota yang kami terima tidak kurang 35- 40 orang. Dengan jumlah ini, kami  mampu mencetak sarjana siap pakai dan siap digunakan dengan beragam skill yang dimilikinya,” ujarnya optimis.