Qurrota Aini a

Penulis yang meraih rekor MURI

 

Mantan penulis aktif KKPK (Kecil-kecil Punya Karya) pada umur 7-13 tahun ini mempunyai nama lengkap Qurrota Aini. Ia berhasil meraih MURI, sebagai penulis kumpulan cerpen termuda dengan judul buku Nasi Untuk Kakek, yang ditulisnya pada saat baru berumur 7 tahun.

Santri yang bercita-cita menjadi penulis ini lahir di Malang 25 Maret 1997. Ia akrab disapa dengan nama Aini. Santri yang saat ini duduk di bangku MA KMI kelas X STT (jurusan agama) ini telah berhasil menulis 9 buah buku KKPK. “Menulis merupakan tempat melepaskan semua apa yang ada di hati, dan setelah menulis perasaan menjadi lega.” Itulah ungkapan dari penulis KKPK yang berjudul The Magic Book, sebagai buku kesukaannya dari buku-buku yang pernah ditulisnya itu.

Aini yang suka bermain outbound ini menulis buku dengan judul Asyiknya Outbound pada umurnya yang ke 8 tahun. Buku tersebut merupakan buku kedua yang ditulis oleh Aini, anak pertama dari dua bersaudara ini.

Gadis yang menyukai pelajaran kesenian ini ternyata juga hebat di bidang kreatifitas tangan. Buktinya dia pernah juara 3 melukis (GASI), juara 2 lomba menggambar di Jakarta waktu dia masik kanak-kanak. Dan dia juga berhasil meluncurkan buku dengan judul Tangan-Tangan Mungil Melukis Langit sebagai buku ketiganya.

“Menggambar itu enak aja, karena bisa mencorat-coret sesuka hati, dan juga bisa mengembangkan kreatifitas di atas selembar kertas.” Itulah ungkapan dari seorang santri yang selalu meraih peringkat di kelasnya, dan juga yang sangat menyukai pelajaran bahasa Inggris ini.

Dulu waktu kecil, Aini sangat aktif menulis KKPK, tapi setelah beranjak remaja seperti sekarang ini, tentunya nggak bisa lagi dong dia nulis di situ. Tapi, karena kesenangannya dalam dunia menulis, dia tidak terganggu dengan kesibukan sekolahnya. Ia sekarang aktif menulis di SMS (Singgalang Masuk Sekolah). Nggak itu aja, ternyata dia juga sedang menulis novel yang saat ini sedang dalam proses penerbitan.

“Teruslah berusaha, karena usahamu itulah yang akan menjadi hasil yang kamu dapatkan nantinya.” Itulah pesan seorang remaja yang menganggap dunia menulis sebagai dunianya. (Annisa Amalia/ MA KMI Diniyyah Puteri)