Menimba ilmu agama sejak dini sudah harus ditekankan. Dalam sebuah hadits dituliskan, salah satu golongan orang-orang yang dilindungi Allah SWT di hari akhir nanti yaitu muda-mudi yang hatinya terpaut dengan masjid (senantiasa beribadah). Kenapa tidak orang tua saja? Karena beribadah memang sudah hal yang wajar untuk dilaksanakan bagi orang-orang tua. Sedangkan bagi sebagian besar muda-mudi, hal itu jarang dan hanya satu dua saja kadang ditemukan melakukannya.
Saat ini, ada banyak lembaga-lembaga sekolah yang dapat membantu karakter muda-mudi dalam hal ibadah tersebut. Seperti pondok pesantren, MTs, MA, MI, MDA, TPA, dll. Tapi diantara itu, yang paling eksis saat ini adalah pondok pesantren. Dimulai dari santrinya yang untuk putra dan putri, hanya untuk putra, bahkan ada yang hanya untuk putri saja.
Namun ketahuilah sobat, bahwa pondok pesantren ataupun madrasah lainnya bukan untuk menampung muda-mudi bandel agar lebih beradab lagi dalam menjalani kehidupan. Justru mereka cenderung ingin menambah ilmunya dan memperlurus ilmu-ilmu tersebut agar lebih bermanfaat. Adanya kebersamaan di antara mereka, tetap dapat membuat mereka lebih kreatif dalam hal apapun. Pelajaran yang banyak (lebih banyak dibandingkan sekolah-sekolah umum), bisa menjadikan mereka lupa akan masalah-masalah berat yang sering membebani. Entah itu masalah kangen keluarga, sulit berpisah dengan sahabat di rumah, dsb.
Tidak sedikit kita saksikan ada banyak orang-orang sukses alumni pondok pesantren. Seperti pemilik perusahaan komestik Wardah, penulis novel (Ahmad Fuadi), dll. Memang ada sih perilaku-perilaku anak pesantren yang kadang suka memberontak, namun tidak semuanya seperti itu. Bahkan, tak jarang dari mereka yang dulunya santri yang suka memberontak, namun ketika sudah semakin dewasa, ilmu-ilmu tersebut mereka terapkan kembali dalam kehidupan mereka. Seperti yang pernah dialami Ustadz Jefri Al-Bukhari (Uje).
Jadi, rubahlah pandangan-pandangan buruk kita bahwa pesantren merupakan tempat penampungan untuk anak-anak yang tidak bernorma. Namun sebaliknya, otak mereka yang cerdas justru harus diarahkan agar tidak terbuang sia-sia dan menjadi pribadi yang lebih berkarakter. So, jadilah muda-mudi yang senantiasa berusaha beribadah. Agar ilmu yang diperoleh lebih bisa bermanfaat bagi nusa dan bangsa. (Amimma Nurti Lusdiana/MA KMI Diniyyah Puteri)