Apa sih bedanya sastra sama jurnalistik? Perasaan sama aja deh, kan sama-sama tulisan. Ternyata, setelah ditinjau lebih lanjut dua jenis tulisan tersebut memiliki perbedaan.
Sastra memerlukan imajinasi sebagai pusat pemikiran, bagaimana kita melihat sekitar dengan pandangan yang orang lain tak terpikirkan, terlebih sastra yang baik memerlukan penyiratan seperti “ Siulan ombak melaju dengan erat” Disini kita bisa melihat bahwasanya tidak ada ombak yang sedang bersiul, tetapi dalam sebuah penyiratan sastra tersebut ombak sedang bersiul yaitu suara derasnya ombak. Jadi, bisa kita simpulkan tulisan sastra adalah sastra yang penulisnya dapat bermain dengan apa yang ia lihat, rasakan dan dengarkan. Penulis juga dapat menyembunyikan atau menyelibkan apa yang sedang ia rasakan tanpa pembaca mengetahui dengan jelas keadaan penulis saat itu. Jenis-jenis sastra seperti karya tulis puisi, cerita pendek, cerita bersambung, pantun dan banyak lainnya. Sastra dalam sifatnya tidak terikat seperti tidak adanya konsep 5W + 1H, karena sastra menggambarkan, bukan menceritakan.
Berbeda halnya dengan jurnalistik yang mementingkan konsep 5W + 1H. Jurnalistik memaparkan fakta, informasi, berita yang akan disebarkan di media massa. Jurnalistik tidak belibatkan khayalan, emosi sang penulis di dalamnya, dan sebisa mungkin mudah dimengerti oleh khalayak. Kejelasan dalam penulisan juga dibutuhkan agar tak ada penuntutan karena ketidakjelasannya. Jenis-jenis jurnalistik seperti artikel, berita, resensi buku dan lainnya.
Meski begitu ada juga gabungan dari sastra maupun jurnalistik. Seperti feature yang menginformasikan sekaligus menghibur. Tetapi jangan pula mempercampuradukkan jurnalistik dan sastra, karena mengakibatkan ketidakseimbangan satu sama lain.
Ayo sobat semuanya, jangan simpulkan bahwasanya karya tulisan itu sama. Satu sama lain berbeda, sesuai dengan porsinya. Mari kita menulis dan perbanyak karya sastra maupun karya jurnalistik. (Nisa’ul Afifah/MA KMI Diniyyah Puteri)