20140510 102936

Sabtu, 10 Mei 2014. Mahasiswi Universitas Negeri Padang (UNP) dari fakultas Teknik dan SIP, melaksanakan observasi tentang sejarah Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang. Hal ini merupakan sebuah tugas dari kampus mereka. Kehadiran mereka disambut ramah oleh keluarga besar Diniyyah Puteri Padang Panjang.

Bapak Dwi menjadi narasumber bagi mahasiswi yang bertanya tentang Diniyyah Puteri. Disamping ibu Ria juga mendampingi para mahasiswi tersebut. Setelah puas mendapatkan informasi dari narasumber, para mahasiswi observasi tersebut melihat-lihat kawasan Diniyyah Puteri dan juga mengunjungi galerinya. Digaleri tersebut terdapat foto-foto yang mengandung unsur sejarah-sejarah yang mengisahkan kilas balik Perguruan Diniyyah Puteri hingga sekarang. Semoga Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang terus eksis dan mempertahankan nilai-nilai yang ada didalamnya. Sukses selalu untuk Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang. (Lelen Sartika Woyla, Diniyyah News Reporter)

DSC01358

Ujian Nasional telah berlalu. Kini tiba saatnya bagi santri kelas IX MTs/SMP Diniyyah Puteri mengadakan perpisahan. Tepat hari Sabtu, 10 Mei 2014, diadakan acara perpisahan di aula Diniyyah Puteri yang dihadiri oleh guru, karyawan, dan orangtua wali santri.

Acara dibuka oleh ibunda Fauziah Fauzan, dilanjutkan dengan pembacaan my big dream santri. Puncaknya diadakan wisuda tahfiz yang berarti santri tersebut sudah menamatkan Diniyyah Menengah Pertama di Diniyyah Puteri Padang Panjang. Dari ratusan santri tersebut akhirnya Raisa Annisa Farid keluar sebagai penghafal terbanyak. Ia berhasil menyelesaikan wisuda tahfiznya 10 juz. Dengan prestasi luar biasa tersebut, Raisa berhak mendapatkan uang senilai satu juta Rupiah. Selanjutnya acara penyerahan kenang-kenangan kepada ibu Zizi, sekolah, asrama, serta organisasi (PMDS, PRAMUKA, UKS) MTs DMP/SMP Diniyyah Puteri. Acara diakhiri dengan doa dan bersalaman bersama guru dan wali santri. Tampak suasana haru menyelimuti seisi aula.

            Dengan diwisudanya santri tersebut, diharapkan bisa menerapkan ilmu yang didapatkan selama menjadi santri Diniyyah Puteri, bisa bermanfaat bagi kehidupannya sendiri, berguna untuk agama dan bangsa.(Patra Hayati/Reporter Diniyyah News)

10308219 658490160891081 2569278185712174036 n

Sabtu 3 Mei 2014, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) bersama dengan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Diniyyah Puteri kembali mengadakan seminar berskala nasional di aula Diniyyah Puteri Padang Panjang. Kali ini seminar mengangkat tema parenting Management Brain untuk guru dan juga orangtua. Pesertanya adalah masyarakat umum dan dikhususkan untuk para pendidik kota Padang Panjang.

10308113 658490300891067 3222313164742626433 n

Seminar ini diisi oleh bapak Dr. Amir Zuhdi yang merupakan ahli dalam bidang Parenting Neuro Sciense. Acara dibuka oleh kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Diniyyah Puteri, ibu Maghdalena. Acara berlangsung lancar dan diikuti oleh peserta dengan antusias dan bersemangat, mengingat sangat pentingnya ilmu mendidik tersebut. (Patra Hayati/STIT Reporter Diniyyah News)

10314548 815413228488554 2608225609071917873 n

Diniyyah Training Centre (DTC) dipercaya oleh Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Imam Bonjol Padang untuk memberikan Training Achievement kepada lebih kurang 60 orang dosen dan karyawannya. Pada training kali ini, pihak fakultas menyiapkan tempat yang berbeda yaitu berpusat di hotel Flaminggo kota Padang Panjang. Acara diadakan berlangsung selama 2 hari (2 s/d 4 Mei 2014).

            Selain dilaksanakan di ruangan pertemuan hotel tersebut, training juga dilaksanakan di Diniyyah Puteri. Bertempat di lapangan sekolah, peserta menjalani program mengejutkan berikutnya. Lalu dilanjutkan dengan smart cano di pemandian Lubuk Mata Kucing.

            Semoga dengan training ini diharapkan bisa menjauhi kejenuhan dan memompa kembali semangat dosen maupun karyawan dalam menjalankan aktivitas di lingkungan kerjanya.(Patra Hayati/Reporter Diniyyah News)

IMG 7418

Senin, 28 April 2014. Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang menerima kunjungan dari ICRC (the International Committee of the Red Cross atau Komite nternasional Palang Merah). ICRC adalah organisasi kemanusiaan yang netral, tidak memihak, dan mandiri. Misi dari ICRC ini adalah melindungi dan membantu korban konflik bersenjata dan situasi gangguan dalam negeri, sipil maupun militer, secara netral dan tidak memihak.

ICRC berasal dari visi dan tekad satu orang yaitu Henry Dunant pada tanggal 24 Juni 1859, tempatnya di Solferino, kota kecil di Italia Utara. Ketika itu pasukan Austria dan Prancis bertempur sengit di sana. Sore harinya, 40.000 prajurit bergeletakan tewas dan terluka. Hendry Dunant, seorang warga Swiss melihat keadaan itu merasa kasihan dan langsung mengambil tindakan, dengan mengajak penduduk setempat untuk merawat para prajurit yang terluka itu.

Di Indonesia, ICRC bekerjasama dengan pondok pesantren Darunnajah dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah sukses menyelenggarakan eksperimentasi program Ekplorasi Hukum Humaniter (EHH) di 11 pesantren yang tersebar diberbagai penjuru nusantara. Ekplorasi Hukum Humaniter adalah program pendidikan yang mengenalkan kaidah dan prinsip dasar hukum Humaniter International (HHI) bagi siswa berusia 13 hingga 18 tahun. Selain itu, EHH tidak hanya mengajarkan HHI sebagai hukum produk internasonal, karena pada hakikatnya EHH bertujuan mengeksporasi isu-isu yang berkaitan dengan kemanusiaan, etika dan moral yang kerap muncul saat konflik. Dengan demikian pembelajaran EHH bertujuan memudahkan generasi muda yang menjalankan prinsip-prinsip kemanusian di dalam kehidupan sehari-hari dimana saja dia berada.

IMG 7415

Karena sudah sukses dengan programnya dibeberapa pondok pesantren, sekarang ICRC ingin melanjutkan programnya di Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang. Tawaran program tersebut mendapatkan respon positif dari pimpinan perguruan Dinyyah Puteri Padang Panjang. Dia juga menyampaikan bahwa dulunya pendiri Perguruan khusus puteri itu juga tergabung dalam Palang Merah Indonesia pada masa penjajahan. Bahkan Dia (Rahmah El Yunusiyyah, pendiri Diniyyah Puteri) ikut merawat para korban-korban yang berjatuhan ketika terjadi peperangan antara penjajah dengan pribumi.

ICRC sengaja memilih pondok pesantren untuk melakukan kerja sama, karena mendapatkan respon positif dari pondok pesantren dan ditanggapi secara cepat. Sebelumnya mereka sudah menawarkan ke lembaga-lembaga umum lainnya, namun belum mendapat tanggapan. Untuk tindak lanjutnya, bagi pondok pesantren yang ikut tergabung kerja sama dengan ICRC akan ada pembekalan kepada guru-guru yang mengikuti pelatihan dari ICRC.

Beberapa metode pengajaran interaktif yang digunakan pada pelatihan ICRC antara lain permainan peran, dimana guru atau siswa dikenalkan tetang ‘responsibility’ terhadap korban kemanusiaan dengan kondisi-kondisi tertentu melalui kerja kelompok, diskusi, debat, penelusuran danpola konsekuensi.Disamping itu, juga menggunakan cerita, gambar dan analisa berita, survei pendapat, pengajuan usul tentang aturan-aturan dan pernyataan-pernyataan, serta merancang solusi atas dilema-dilema lapangan. Kemudian dilanjutkan dengan penelitian sejarah dan budaya melalui wawancara dengan pembekalanpengembangkan argumen-argumen tentang posisi seseorang melalui esai.

Besarnya dukungan darimanajeman atau yayasan pesantren, yang diiringi dengan komitmen dan semangat yang tinggi dari guru dan siswa, sangat menentukan keberhasilan eksperimentasi ini. (Lelen Sartika Woyla, Diniyyah News Reporter)