- Details
- Published on 22 April 2017
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dicanangkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ternyata sering mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya di sekolah-sekolah. Bahkan kegiatan GLS saat ini hanya diartikan sederhana sebagai kegiatan yang mewajibkan siswa membaca buku minimal 15 menit sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar sekolah . Akibatnya pihak sekolahpun sering kesulitan dalam memacu motivasi membaca siswa, maupun mengukur efektivitas dan keberhasilan output dari GLS tersebut. Memang dibutuhkan strategi yang lebih kreatif agar outputnya, para siswa mampu berpikir kritis dan berdaya cipta seperti menghasilkan berbagai karya tulis dan mengikuti perlombaan sastra.
Sebanyak lima orang guru SMAN 4 Payakumbuh menyimak penjelasan Bapak Fauzi Fauzan, Direktur Diniyyah Research Center (DRC) di ruang meeting Kantor Utama Perguruan Diniyyah Puteri Padang panjang pada hari Senin 17 April 2017. Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang kebetulan dijadikan contoh dan tempat studi banding tentang bagaimana praktik penerapan GLS ini oleh SMAN 4 Payakumbuh, selain Rumah Puisi Taufik Ismail dan SMAN 3 Bukittinggi.
Menurut Pak Fauzi , strategi yang harus dilakukan untuk membudayakan GLS ini adalah peran aktif guru dan pembentukan tim inti penulis. Inilah yang dilakukan diniyyah puteri selama sepuluh tahun ini. Majalah atau Koran sekolah harus kembali diberdayakan sebagai ruang ekspresi siswa. “Tanpa penghargaan dan apresiasi yang tinggi dari pihak sekolah terhadap siswa siswa yang gemar dan memiliki bakat menulis, maka Gerakan Literasi tidak akan berkembang ,” ujar Pak Fauzi.
Setelah Pak Fauzi menjelaskan strategi yang selama ini dilakukan oleh Diniyyah Puteri, rombongan guru SMAN 4 Payakumbuh juga menyimak persentasi dari Bapak Riki Eka, Koordinator Publishing DRC sekaligus Dewan Penasehat Majalah DINTEEN. Menurut Pak Riki Eka yang memiliki banyak pengalaman menulis cerpen di Koran-koran ini, praktik terbaik untuk mensukseskan GLS adalah dengan mengajak siswa untuk menulis, bukan membaca. “Dengan menulis, maka secara tidak langsung atau halus mengharuskan juga siswa untuk membaca buku. Bahkan buku yang dibaca, pastinya buku-buku bagus karena berkaitan dengan apa yang akan mereka tulis nantinya agar hasilnya berkualitas dan enak dibaca orang lain,” terang Pak Riki. Pak Riki juga mengingatkan pentingnya para guru untuk juga ikut menulis sebagai contoh motivasi atau teladan bagi siswa. Pak Riki juga menyatakan dia siap untuk membantu dengan mengisi training menulis di SMAN 4 Payakumbuh tanpa dipungut biaya. Ia juga akan membantu para siswa agar bisa dimuat tulisannya di koran-koran yang ada di Sumatera Barat. (Mardoni/DiniyyahPublicRelation)