14224718 258236594569752 4458996054369927244 n

Setelah sukses memberikan training jurnalistik di Diniyyah Puteri pada 9 September lalu, mbak Ida Setyorinu, narasumber yang merupakan wartawan senior Kompas, jalan-jalan bersama tim Diniyyah Research Centre (DRC). Tujuan utama traveling bersama mbak Ida Setyorini adalah museum kereta api yang berlokasi di Sawahlunto. Sebelumnya, kami pun mengunjungi Danau Singkarak, kemudian juga memperkenalkan kebudayaan Minangkabau yang ada di Istana Pagaruyung dan beberapa peninggalan sejarah yang terdapat di tanah datar.

Wartawan energik yang pernah liputan di 25 negara tersebut menyukai objek wisata yang kami kenalkan. Alasan utama wartawan Kompas yang akrab disapa mbak Tya ini adalah karena background pendidikan beliau. Sebagai seorang Arkeolog, tentunya mbak Ida tidak asing dengan bangunan-bangunan peninggalan sejarah. Hal itulah yang menjadi salah satu alasannya ingin mengunjungi prasasti yang ada di kabupaten Tanah Datar. Mbak Tya begitu tertarik dengan objek wisata tersebut. Menariknya lagi, beliau juga leluasa menterjemahkan tulisan kuno yang ada di prasasti tersebut. Kita juga saling berbagi ilmu tentang sejarah-sejarah yang yang tersirat dari peninggalan-peninggalan yang ada di sana.

14390666 264689800591098 7048383799262215622 n

Hal paling menarik bagi mbak Tya adalah saat berada di Museum Kereta Api Sawahlunto. Sebagai seorang yang tertarik dan menyenangi kereta api, beliau merasa miris karena vakumnya kereta api di Sawahlunto tersebut. Selain melihat foto-foto bersejarah saat kereta api tersebut masih beroperasi sejak zaman Belanda, kita juga bisa menyaksikan peralatan asli dari kereta api tersebut. Selanjutnya, kita pun menonton video tentang sejarah berdirinya kereta api Sawahlunto hingga vakumnya atau yang disebut orang sekitar Mak Itam Pulang Kampung.

Perjalanan yang sangat menarik, banyak hal positif dan hikmah yang kami dapatkan. Selama perjalanan selalu ada ilmu dan informasi baru yang kami dapatkan dari wartawan yang memiliki segudang ilmu dan pengalaman yang luar biasa tersebut. Kami diberikan kesempatan untuk bertanya tentang dunia kepenulisan maupun tentang kondisi Indonesia dan kondisi negara-negara di dunia.

Mbak Tya yang berasal dari Jawa itu tidak hanya tertarik dengan kebudayaan yang ada di Minangkabau, namun beliau juga tergiur dengan masakan Minang. Jalan-jalan tersebut juga menjadi ajang kuliner tersendiri. Berawal saat makan siang kami mencicipi nikmatnya makanan khas Padang di sebuah rumah makan yang berlokasi di kabupaten Tanah datar. Kemudian dilanjutkan perjalanan dan rehat sejenak di sebuah lesehan minuman unik yang berada di kawasan persawahan kabupaten Tanah Datar. Es Batok, itulah sebutan dari minuman unik tersebut. Menariknya lagi, es batok tersebut memiliki bervariasi nama unik yang menjadi daya tarik bagi para konsumen. Misalnya saja ada es batok Wiro Sableng, Mak Erot, Nenek Lampir, Jaka Tingkir, dan lainnya. Menu rehat tersebut pun menghibur kami dengan mbak Tya yang memecahkan gelak tawa sepanjang perjalanan pulang.

Sebuah pengalaman luar biasa yang memberikan kesan positif di setiap momennya. Tidak hanya sebagai refresing di tengah kesibukkan aktivitas sebagai wartawan dengan jam terbang tinggi, namun beliau juga mendapat wawasan baru tentang kebudayaan Minangkabau. Sebagai pendamping, kami pun dapat mengambil hikmah dari perjalanan yang menyenangkan tersebut. Mengenang kembali sejarah yang pernah terjadi di sekitar kita, kemudian juga mendapat berbagai ilmu dan informasi terbaru yang bermanfaat ketika melangkah ke berbagai belahan dunia nantinya. Perjalanan ini membuka mata dan hati kami untuk terus mengembangkan potensi yang dimiliki. Sehingga bisa menjadi generasi yang bisa berkontribusi terhadap negara ini, seperti yang telah dilakukan oleh Mbak Ida Setyorini sebagai wartawan Kompas. Semoga kami bisa mengikuti jejak beliau. Amin. (Jummiati Oktariana/STIT Diniyyah Puteri)

You are here: Home News and Events Jalan-Jalan Bersama Wartawan Senior