capture-20150903-154612

Padang Panjang- Beberapa hari lalu Dekan Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang, Dr Masrial bersama jajaran pimpinan lainnya sengaja bertandang ke Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang. Rombongan langsung disambut oleh Fauziah Fauzan SE, Akt, Msi diruang kerjanya.

“Kedatangan kami untuk membangun silaturrahmi dengan Ustadzah, “ ungkap dekan mengawali pembicaraannya.

Selain itu, kunjungan juga ditujukan untuk membangun kerja sama dalam pelatihan pengembangan diri karyawan bersama Diniyyah Training Centre.

Pertemuan selama satu jam itu kian menarik karena diselingi dengan diskusi hangat, apalagi pertanyaan sang dekan mengarah kepada alasan seringnya Diniyyah Puteri bolak balik ke Jepang.

Bu Zizi sapaan akrab muslimah energik ini menjelaskan secara gamblang kenapa Jepang menjadi tujuan utama studi banding santri, mahasiswa, karyawan, guru dan dosennya.

“ Karena di Jepang, masyarakatnya mengenal tiga pantang. Pertama, pantang mengambil hak orang lain. Kedua, pantang mengganggu orang lain, dan ketiga pantang merusak lingkungan,” tandasnya.

Terkait pantangan pertama, Ia mencontohkan kalau pengurus Yayasan Rahmah el Yunusiyyah ada ketinggalan dompet di sebuah halte dengan kisarannya mencapai 35 juta, dan dompet itu ditemukan utuh kembali walau sudah tercecer selama satu minggu.

“Mengenai pantang merusak lingkungan di Jepang, pernah saya mendapati seseorang membawa seekor anjing. Saat hewannya berak di atas rumput sebuah taman, si pemilik anjing segera membersihkan rumput tadi. Tahinya dibungkus pakai tisu dan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Karenanya, di Jepang, sipemilik hewan tersebut, kemana-mana saja pergi, tidak lupa membawa tisu dan air untuk membersihkan tanah atau rumput yang diberaki oleh anjing mereka,” ungkapnya.

‘Selain itu, orang yang mabuk sekalipun di Jepang, saat dia membuang botol minumannya, persis tepat masuk ke tong sampah. Ini menandakan mereka yang setengah sadar berupaya untuk tidak buang sampah sembarangan, ini aneh dan menarik untuk diketahui,” katanya.

Ajaran moral itu selesai di masyarakat walau belakangan angota Dewan mereka sedang berpikir memasukkan ajaran moral kesekolah melihat belakangan ini marak tindakan anak muda di atas kereta api cepat mulai mengkhawatirkan karena mereka mengambil kursi untuk orang tua dan ibu hamil.

“Anggota dewan mereka sedang berdebat hangat soal kasus yang menurut kita amat sepele ini, sedangkan anggota dewan kita berdebat masalah anggaran dan gaji mereka,” pungkasnya.

Direktur utama Diniyyah Training Centre ini memang sejak dua tahun belakang sering bolak balik Padang Panjang –Jepang. Bukan untuk urusan pribadi atau bisnis, melainkan karena beliau sendiri telah dipilih oleh Nagoya University sebagai konsultan pendidikan untuk kawasan Asia, dan dikontrak selama tujuh tahun. Lembaga yang menaunginya itu sendiri bernama Well Being Asia. (Ahmad/dtc)    

You are here: Home News and Events Tiga Pantang Orang Jepang yang Harus Ditiru