Diniyah Harumkan Padang Panjang

Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang persembahkan kado istimewa di Hari Jadi Kota (HJK) ke-222. Kado itu berisi sederetan prestasi yang diraih dosen, guru, karyawan dan para santri.

Beni Firdaus, misalnya, dosen STIT Rahmah El Yunusiyyah berhasil meraih peringkat III pada MTQ Korpri tingkat Nasional untuk cabang tahfidz lima juz. Beni mengikuti kegiatan itu atas nama Korpri Padang Panjang pada iven yang dilaksanakan di Makassar 23-27 November 2012.

Prestasi lain yang dipersembahkan Diniyyah Puteri untuk kota Serambi Mekkah diraih Bayu Suci Kurnia, santri kelas XII IPS Madrasah Aliyyah Kulliyatul Mualimat El Islamiyah (MA-KMI). Bayu dinyatakan sukses meraih pemenang II tingkat Nasional pada Festival Budaya Anak Bangsa tahun 2012.

Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri, Fauziah Fauzan menyatakan, sesungguhnya prestasi tidaklah sekedar diharumkan dengan predikat juara atau peringkat dengan simbol piala dalam iven perlombaan tertentu saja, tetapi pengabdianpun menjadi tolak ukur yang amat menentunkan.

Itu pulalah yang dilakukan Diniyyah Tahfidzul Quran (DTQ). Divisi otonom yang berada di lingkup Perguruan Diniyyah Puteri itu turut pula mengharumkan Padang Panjang di pentas ASEAN, salah satunya adalah kiprah mereka di Camp Tahfidz Quran yang digelar di Padang Rengas Perak, Malaysia, berlangsung selama 25 hari, 25 Novembaer baru lalu hingga 16 Desember 2012 nanti.

“Tim DTQ langsung dipimpin Ibu Fauziah Fauzan dengan lima guru tahfidz berkualifikasi dua orang hafal Al Quran 30 juz, dua oenag hafal sepuluh juz, dan satu orang hafal tiga juz,” jelas Kepala Divisi Humas, Ahmad Rifai.

Sementara itu, Diniyyah Training Center (DTC) juga sukses mengharumkan Padang Panjang lewat berbagai kegiatan training yang digelar, baik di dalam maupun di luar negeri. Begitu pula halnya dengan Diniyyah Research Center (DRC) yang dikenal sukses menerbitkan sejumlah buku motivasi. Buku-buku itu, menurut Ahmad, banyak digunkan untuk kegiatan-kegiatan training yang diselenggarakan DTC.

 

Ibu, maafkan aku. “Kata-kata itu mengalir dari anak didikku, santri kelas XII yang baru saja menerima pengumuman hasil UN tahun ini. Tubuhnya berguncang menangis dalam pelukanku. Aku biarkan ia melepaskan beban hatinya, sambil kuusap kepala dan punggungnya. Dia telah membuka amplop pengumuman di samping namanya tertulis kata “Tidak Lulus”.

Bagi sekolah kaimi, tahun ini adalah tahun suka cita. Para guru, ustadz dan ustadzah yang menjadi pendidik di tingkat Madrasah Aliyah banyak meneteskan airmata haru. Betapa tidak, pencapaian sekolah kami tahun ini melejit pesat.

Pencapaian nilai santri naik hampir dua kali lipat. Itu diperoleh dengan jujur. Setelah sekolah kami menerapkan pecat di tempat bagi santri yang ketahuan mencontek dalam lima tahun terakhir. Perjuangan itu akhirnya membuahkan hasil. Tahun ini ada dua santri yang meraih peringkat pencapaian nilai UN tertinggi di Sumatera Barat. Namun, dibalik kebahagiaan itu, juga ada kesedihan. Satu orang santri kami tidak lulus.

Selesai rapat guru membahasa perihal hasil UN, aku berpikir keras. Ya Allah, bagaimanakah menyampaikan hasil ini kepada anakku? Alangkah berat baginya menerima kenyataan ini. Setelah belajar sungguh-sungguh, beribadah dengan tekun, namun ketetapan Allah SWT bagi dirinya adalah : Tidak Lulus. Aku tahu Allah Maha Adil meskipun kehidupan di sekeliling kita penuh dengan ketidakadilan.

Allah lebih tahu mana yang terbaik untuk hambaNya. Namun tetap saja ada rasa perih mengalir dalam data ketika melihat nilai yang diperoleh santriku hanya kurang 0,02 lagi untuk mencapai lulus. Terbayang betapa sunguh-sungguhnya anakku itu beribadah wajib dan sunah. Menjaga akhlak dan kesantunan. Belajar dengan tekun dan giat serta menjaga kejujuran. Namun itu ternyata belum cukup menhantarkannya mencapai kelulusan yang dinilai oleh manusia dan komputer canggih.

Sementara di sisi lain, betapa banyak pelajar seusianya pada saat UN yang baru berlangsung melakukan kecurangan. Kecurangan memperoleh kunci jawaban yang bahkan dikoordinir oleh guru mereka sendiri. Pemberian kunci jawaban dan transaksi itu konon dilakukan di WC sekolah. Tempat pembuangan bagian tubuh manusia yang paling kotor, itulah tempat transaksi dunia pendidikan Indonesia, dewasa ini. Semua kita seperti terhipnotis dengan TST, Tahu Sama Tahu. Tetapi tidak bersuara dan pura-pura tutup mata. Dadaku perih.

Para koruptor dan pengedar narkoba konon banyak tertangkap ketika bertransaksi di hotel berbintang lima. Kamar yang luks, ekslusif, wangi dan mewah. Dengan tarif semalam bahkan bisa dua kali gaji guru PNS sebulan. Tetapi dunia pendidikan melakukan transaksi yang lebih menjijikkan, yaitu di WC sekolah yang bulukan, berlumut, banyak sampah, coretan dan bau. Di situlah nilai pendidikan diusahakan kecermelangannya. Memilukan dan memalukan.

“Ibu, maafkan aku,” kata-kata itu kembali terucap di antara isak tangis anakku. Apa yang harus dimaafkan nak? Tanyaku memandangnya lekat. Ananda berbuat curang? Dia menggeleng. Apakah Ananda melakukan kesalahan besar? Dia juga menggeleng. Bagi ibu, Ananda semua lulus seratus persen. Lulus ujian kejujuran dalam kehidupan. Termasuk dirimu, Nak. Engkau telah lulus dengan baik dalam catatan malaikat dan dalam pandangan Allah.

Aku berusaha menyakinkan dirinya. “Tetapi aku gagal membuat bangga sekolah kita, Bu,” jawabnya lagi. Aku memeluknya kian erat. Dan kukatakan, “Nak, semua guru dan adik-adik kelas bangga pada dirimu dan teman-temanmu. Kalian semua adalah generasi terbaik yang pernah ada dalam sejarah panjang Indonesia. Yakinlah itu. “Kalian semua lulus sayang, termasuk dirimu. Ibu bangga padamu....

Dalam pelukanku, tangis santriku mereda. Dia mulai menghapus air matanya. Di wajahnya dan tangannya terlihat bintik-bintik hitam bekas sakit cacar yang dialaminya menjelang mengikuti Ujian Nasional. Lalu ia berbisik pelan, namun jelas terdengar di telingaku, “Ya Allah, walaupun telah berusaha beribadah dengan taat dan benar kepada-Mu, belajar dengan giat dan sungguh-sungguh karena-Mu, menjaga kejujuranku saat mengikuti Ujian Nasional karena aku tahu aku dalam pengawasanMU. Namun tetap Engkau takdirkan aku tidak lulus ya Allah, aku ikhlas menerimanya. Aku rela menerima ketentuanMu ya Rabbi, aku terima semuanya dengan lapang hati.”

Air mataku menetes tak terbendung. Kami bertangisan. Tangis bahagia, karena telah melewati satu fase terberat dalam hidup manusia, yaitu menerima ketentuan Tuhannya dengan rela dan penuh tahu diri. Subhanallah, Nak. Ibu bangga padamu. Anakku itu tersenyum, senyum tanda kesabaran.

 

HASIL UN SMP TAHUN 2012

Padang Panjang, Singgalang

Pengumuman hasil ujian nasional (UN) tingkat SMP, membuka tabir prestasi yang bisa diraih santri Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang. Tiga santrinya berhasil meraih nilai UN murni 100 untuk mata ujian Matematika.

“Prestasi menggembirakan berhasil diraih santri kita, kendati tahun-tahun sebelumnya banyak juga di antara santri Diniyyah yang meraih nilai terbaik. Tapi, khusus untuk tingkat SMP tahun ini, santri Madrasah Tsanawiyah Diniyyah Menengah Pertama (DMP), tiga diantaranya meraih nilai 100 untuk bidang studi Matematika,” ujar Kepala MTs-DMP, Meuthia Nilda pada Singgalang, Selasa (5/6).

Meuthia didampingi kepala Divisi Humas Perguruan Diniyyah Puteri, Ahmad Rifai, pada kesempatan itu menjelaskan, santri peraih nilai 100 itu adalah Adilla Zamri, Siti Aisyah dan Karima Nabila Prakoso, nilai-nilai cemerlang, sebenarnya juga diraih untuk bidang studi Bahasa Indonesia.

Para peraih nilai tertinggi itu, selama ini dikenal aktif menulis di Singgalang Masuk Sekolah (SMS). Peraih nilai terbaik tersebut adalah Hazatul Nadhira dengan nilai 9,40, Qurrota Aini 9.6, Pube Brata 9.20, Nabila Imamah 9.80, dan Siti Aisyah meraih nilai 9. Qurrota Aini dikenal sebagai penulis cilik yang berhasil memecahkan rekor Musium Rekor Indonesia (MURI) untuk kategori penulis cilik lewat 12 judul buku yang pernah ditulisnya.

“Antara nilai UN dan nilai sekolah (NS) rata-rata diperoleh santri hampir sama. Bahkan ada yang nilai UN nya lebih tinggi dari NS. Ini jelas agak berbeda dengan sekolah lain, dimana NS lebi tinggi atau kontras perbedaannya dengan nilai UN,” terang Meuthia.

Dipecat

Terkait dugaan maraknya budaya mencontek di kalangan pelajar, menurut Meuthia, itu tak belaku bagi santri MTs-DMP Diniyyah Puteri. Sebab, ujarnya, bila ketahuan mencontek maka yang bersangkutan langsung diberhentikan dari Diniyyah Puteri. Tidak sekedar bicara, Diniyyah Puteri telah membuktikannya.

“Pada try out, ada seorang santri yang kedapatan mencontek. Yang bersangkutan langsung diberhentikan. Kendati diberi kesempatan mengikuti UN, namun dia tidak diperkenankan ikut ujian pondok. Dia dinyatakan tidak lulus ujian Madrasah. Perilaku mencontek sangat dilarang di Diniyyah Puteri,” tegasnya.

Padang Panjang, Singgalang

Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang, kini kian memperlihatkan pengaruhnya di kalangan pendidikan Islam di kawasan ASEAN. Sedikitnya, empat lembaga pendidikan telah menandatangani nota kesepahaman.

“Kerjasama pendidikan lintas ASEAN itu memiliki makna strategis, terutama bila dikaitkan dengan peran Diniyyah Puteri selaku lembaga pendidikan Islam tertua dan memnajdi barometer bagi pendidikan Islam lainnya di negeri jiran,” ujar Pimpinan Perguruan Diniyah Puteri, Fauziah Fauzan, kepada Singgalang kemarin di Padang Panjang.

Juru bicara Perguruan Diniyyah Puteri Ahmad Rifai menjelaskan, Senin (17/9) awal pekan ini, nota kesepahaman lintas pendidikan ASEAN yang keempat telah ditandatangani dengan Sekolah Menengah Kebangsaan Agama (SMKA) Slim River, Perak Malaysia.

Sebelumnya, menurut dia, lembaga pendidikan telah pula bermitra dengan Diniyyah Puteri, terutama untuk program Tahfidz Al Qur’an dengan Sekolah Menengah Kebangsaan Pedas, Negeri Sembilan. Program serupa juga sudah dirajut dengan sekolah Ad-Diniyyah Islamiyah Padang Rengas, Perak.

Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum SMKA Slim River, Zulkifli, mengatakan, kiprah Perguruan Diniyyah Puteri dalam memajukan dunia pendidikan Islam di kawasan ASEAN menjadi salah satu motivasi untuk menjalin kerjasama. Kiprah lembaga pendidikan ini, terangnya, tak bisa diabaikan begitu saja dalam menciptakan tokoh-tokoh berpengaruh di Malaysia.

“Ada banyak politisi dan tokoh pendidik Malaysia yang menamatkan pendidikannya dari Diniyyah Puteri, sebutlah misalnya Tan Sri Aisyah Ghani yang pernah menjabat Menteri Kebijakan Am selama 12 tahun di masa pemerintahan Mahathir Mohammad. Tokoh lain yang juga tamat Diniyyah Puteri Padang Panjang adalah Datin Sakinah Junaid yang menjadi ketua Dewan Muslimat PAS pertama,” katanya.

Fauziah menyebutkan, kiprah internasional Diniyyah Puteri pada berbagai iven di bidang pendidikkan, beberapa tahun belakangan terus ditingkatkan. Juni 2012 lalu, katanya, santri Diniyyah Puteri malah menyabet Juara III Kompetensi Bahasa Arab tingkat ASEAN setelah dikalahkan Madrasatun Al-Junaid Singapura. Pada kompetisi Bahasa Inggris yang dihelat Sekolah Mara, Trolak Malaysia, santri Diniyyah Puteri berhasil pula masuk lima besar.

“Atas undangan Kementrian Pendidikan Rembau, Negeri Sembilan, Diniyyah Puteri juga menggelar kegiatan pengabdian masyarakat untuk 15 sekolah menengah dan sekolah dasar di Rembau. Kegiatannya dilakukan dalam bentuk pelatihan yang diberikan langsung oleh guru dan santri Diniyyah Puteri,” bebernya.

Akhir pekan ini, menurut Fauziah, 20 santri dan guru Madrasah Aliyah Diniyyah Puteri berangkat ke Jepang untuk mengikuti lawatan pendidikan selama sepekan.

Program berwawasan antarbangsa,menurut dia, ditentukan lewat proses pendidikan yang ditempuh di Diniyyah Puteri dengan model kedisiplinan, bersih, hidup sederhana, kerja keras, kemampuan bahasa asing, jurnalistik, public speaking dan tahfidz yang menjadi keahlian yang mutlak dimiliki seluruh santri Diniyyah Puteri Padang Panjang.

You are here: Home News and Events