Hallo sahabat SMS, anak pramuka mana ya, yang nggak tau sama jurit malam? Wah, kebangetan banget nggak sih. Ini sedikit informasi buat yang belum tau. Jurit malam adalah salah satu ajang yang paling spektakuler diantara berbagai macam kegiatan pramuka. Ajang ini biasanya akan diselipkan di acara perkemahan pada malam yang telah ditentukan oleh kakak pembina pramuka. Nah, biasanya kita dibangunin di tengah malam yang gelap gulita. Dengan seribu cara, si kakak pembina bakal ngerjain kita. Wah… kalau dipikir-pikir lagi, siapa juga sih yang pengen dikerjain. Tapi tujuan sebenarnya, ini hanya sebuah ajang untuk menguji nyali kita. Berani atau enggaknya, ya tinggal bagaimana cara kita menghadapi semuanya

            Biasanya anak anak pramuka pada nyerah kalau udah mau jurit (alias mencari seribu satu alasan untuk tidak mengikutinya). Tenang aja ya sobat, jurit itu sebenarnya bisa ditaklukin kok. Nggak perlu uring-uringan nyari alasan buat nggak ikut. Hadapi aja, sebab jurit itu untuk dihadapi, bukan untuk dihindari. Berikut beberapa tips untuk menghadapinya. Tapi ada syaratnya dulu, syaratnya, hafalkan ayat kursi ya, supaya kebal sama makhluk halus yang mau gangguin. Cuma itu kok syaratnya, mudah kan? Mau tahu tipsnya? Oke, langsung aja deh kalo gitu. Pertama, sebelum giliran kita maju nih, kantongin permen di saku kalian sebanyak-banyaknya. Tapi jangan sampai mencurigakan kakak pembina (nanti malah disita). Terus, permen dimakan deh ketika rasa rasa takut menghampiri. Kedua, tanamkan di pikiran, siapapun yang kita temui nanti, itu pasti orang. Ketiga, kalau udah ketemu sama si kakak yang lagi sedang memakai kostum peranannya, ucapkan salam dengan sopan. Ingat, yang sopan ya, contohnya ”Allahu akbar, kak” atau “Assalamu’alaikum, kak”. Jikalau si kakak nggak jawab salam, keluarkan humormu dong, jangan KO duluan. Usahakan sampai kakaknya jawab salam kita. Bilang gini sama kakaknya “Lah, si kakak… orang kasih salam, malah nggak dijawab”. Kasih puji-pujian sama kakaknya supaya tugas yang akan diberikan lebih ringan (mudah-mudahan). Keempat, kalau berani nih, injak kaki kakaknya (tindakkan ini hanya dilakukan untuk jaga-jaga), lalu bilang “Upss, maaf kak, kirain tadi nggak ada kaki kakak eh ternyata ada, maaf ya, kak.” Tapi ngomongnya yang manis ya. Kelima, tetaplah tenang setenang air yang mengalir di sungai (aduh, puitis dikit). Iya! supaya kita tetap berkonsentrasi pada tugas yang nantinya diberikan sama kakak pramukanya. Tapi, lihat dulu jenis tugas yang diberikan kakak. Saring! logis atau enggak. Pasti pada nggak mau kan kejebak umpan kakak pembina, iya nggak? Nah, seandainya disuruh ke area pekuburan, jangan takut. Ingat, kalo yang di sana udah nggak bernapas lagi, dan nggak mungkin hidup kembali. Berpositif tingking aja ya, itu masih sejenis manusia, bukan yang lain. Nah, seandainya (aduh seandainya lagi nih) kalau sobat takut, kan ada permen. Yah tinggal dimakan deh. Finally, ketika kakaknya bilang “lanjutkan perjalananmu wahai adikku” (asyiiknya). Jangan lupa bilang “terima kasih, kak. Semoga Allah melindungimu” (mendo’akan si kakak).

Gimana, apa masih ada yang takut? Zaman sekarang belum pernah coba jurit? Waduh, belum anak Pramuka namanya. Oke, nggak ada masalah yang tak teratasi selama kita masih ada di dunia ini. Jurit itu seru kok. Oh ya, jangan lari ya, nanti dikejar-kejar lagi (hihihi). Mungkin ajang ini bisa menambah pengalaman, selama kalian mengikuti Pramuka. Seru lho!

Nah, sekarang coba tanya sama diri sendiri “Aku suka yang menantang nggak?”. Kalau sobat menjawab “no”, waduh sayang banget tuh. Tapi, kalau sobat menjawab “ya”, nggak salah lagi, sobat harus coba nih, jangan sampai kelewatan ya. Selamat mencoba. Good luck sobat. (Nadia Salami/MA KMI Diniyyah Puteri)

“Dan apabila dikatakan kepada mereka,’’ Janganlah berbuat kerusakan di bumi!’’ Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan. Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari” (Al-Baqarah, 11-12)

Sobat SMS semua, udah tau kan, apa maksud ayat di atas? Ayat itu mengatakan bahwa sesungguhnya yang telah membuat kerusakan pada bumi adalah kita sebagai umat manusia. Misalnya kerusakan hutan hingga menyebabkan banjir. Masih banyak lagi kerusakan yang kita perbuat sendiri seperti bencana longsor yang diakibatkan oleh penebangan liar oleh manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab dan hanya mementingkan dirinya sendiri atau golongannya, sehingga tidak ada tanaman yang dapat menopang hutan lagi.

Anehnya, kita selalu berkata dan berkoar-koar untuk melakukan perbaikan pada bumi, tetapi kadang kita hanya dapat mengatakan saja tanpa melakukan apapun sama sekali malah kita merusak tanpa disadari.

Maka dari itu, mari kita sebagai jiwa muda yang akan melakukan perubahan agar dapat menjaga bumi dan mencintainya sepenuh hati. Jika sudah mencintainya, apapun akan kita lakukan agar bumi kita akan terus lestari. Jangan hanya melakukan perubahan tersebut saat bencana datang, tapi hendaklah dijaga dan dicintai jauh-jauh hari sebelumnya. Sudahkan sobat menjaga dan mencintai bumi kita dari sekarang? (Nisaul Afifah/MA KMI Diniyyah Puteri)

Hai, sobat SMS semua! Semua pasti sudah tahu bukan, bahwa di dunia ini kita juga diciptakan sebagai makhluk sosial. Oleh karena itu, tak seorang pun dari kita yang bisa hidup sendiri (kecuali untuk hal-hal tertentu). Tanpa disadari, sejak kecil kita sudah hidup bergantung pada orang lain. Nah, tak hanya itu, sebagai makhluk sosial, kita juga mesti tolong-menolong terhadap sesama. Misalnya, menolong teman yang sedang kesusahan (ups..., bukan berarti memberi jawaban pada saat ujian ya). Terus, meringankan beban orang yang tidak mampu. Seperti memberikan beasiswa bagi anak kurang mampu yang berprestasi, ya... seperti yang dilakuin para pemerintah kita. Ada banyak manfaatnya loh, sobat! Kita dapat pahala, orang lain tertolong sebagian dari bebannya. Senang kan kalau ngeliat saudara sebangsa kita juga senang?

            Oh ya, sobat, terkadang untuk remaja seusia kita sering lupa nih sama kegiatan sosial yang satu ini. Dia sangat bermanfaat bagi sesama dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Bagi orang yang menyumbangkannya dengan ikhlas, sangat mulialah hatinya, walaupun hanya setetes. Yupss..., yakni donor darah. Ingatlah selalu semboyan, “Setetes darah anda, nyawa bagi sesama”. Memang untuk remaja di bawah 17 tahun masih belum bisa melakukannya, tapi apa salahnya jika kita membahas kali ini sebelum menginjak 17 tahun tersebut, hitung-hitung persiapan.

            Kadang sih, orang-orang awam suka sanksi dengan donor darah. Banyak deh alasan mereka berupa mitos-mitos jadul. Padahal justru efeknya sangat menyehatkan. Orang lain terbantu, si pendonor pun InsyaAllah dapat berkurang penyakit yang dideritanya selama ini. Maka tak jarang kalau ketua KDD (Keluarga Donor Darah) di Indonesia sering memberikan saran, terutama untuk pendonor yang sering terserang penyakit migrain, kondisi badan lemas jika kecapekan, dsb. Oh ya, untuk menghindari pemikiran terhadap mitos-mitosnya orang awam nih, jangan langsung percaya ya kalau mereka mengatakan sesuatu seperti, “Mendonor darah akan terasa sakit. Secara fakta, donor darah memang melibatkan tusukan jarum, tetapi bukan prosedur yang menyakitkan. Ini hanya melibatkan ketidaknyamanan sesaat. Apalagi kalau mereka mengatakan, “Kesehatan saya akan memburuk setelah mendonorkan darah. Faktanya, ini tidak benar (seperti yang saya jelaskan sebelumnya). Bahkan, penelitian telah menunjukkan bahwa donor darah mengurangi kemungkinan seseorang terkena penyakit kardiovaskular dan mencegah kelebihan zat besi yang terakumulasi dalam tubuh. Pemeriksaan medis sebelum donor darah juga pasti dilakukan untuk memastikan apakah seseorang tersebut cukup sehat mendonorkan darah atau tidak. Jika kadar hemoglobin di bawah 12,5% gm atau jika tidak layak karena alasan lain, sobat tidak akan diizinkan untuk donor darah.

Saya akan kekurangan darah setelah mendonor.” Hanya orang perhitungan yang mengatakan ini. Berdasarkan fakta, mendonorkan darah tidak akan mengakibatkan kekurangan darah. Volume darah akan kembali ke tingkat normal dalam waktu 48 jam setelah donor darah. Seorang individu yang sehat dengan kebiasaan makan yang baik dapat mendonorkan darah empat kali setahun dengan jarak waktu tiga bulan sekali.

Dan terakhir, “Tipe golongan darah saya termasuk tipe umum, jadi saya tidak perlu mendonorkan darah karena hanya akan berlebihan”. Berdasarkan fakta, ada permintaan konstan dari semua golongan darah. Operasi besar dan trauma memerlukan darah dalam jumlah yang besar. Jika golongan darah sobat adalah tipe umum, berarti akan ada lebih banyak jumlah orang yang membutuhkan golongan darah sobat.

Pokoknya donor darah itu terjamin deh... Bagi yang udah memiliki niat nih setelah membaca beberapa mitos di atas, juga butuh beberapa syarat (wah..., agak banyak ya ketentuannya). Tapi musti sabar dulu, ini juga memerhatikan kondisi kesehatan bagi pendonor maupun yang didonor agar tetap stabil. Adapun syarat-syaratnya untuk menjaga keselamatan donor, yakni, umur 17 tahun s/d 6o tahun, berat badan 45 kg atau lebih, kadar hemoglobin darah 12 gr/dl atau maksimal 18 gr/dl, tekanan darah sistolik antara 100-160 mmHg dan tekanan darah diastolik antara 60-100 mmHg, denyut nadi 60-100 x/menit, suhu tubuh tidak lebih dari 37oC, calon donor tidak menderita penyakit-penyakit seperti, penyakit jantung, paru-paru, hati, ginjal, kencing manis, penyakit darah dan gangguan pembekuan darah, epilepsi, kanker, atau penyakit kulit kronis, tidak dalam pengaruh obat-obatan seperti misalnya golongan narkotik dan alkohol, untuk wanita, tidak dalam keadaan hamil, menyusui, atau menstruasi, bagi donor sukarela tetap, penyumbangan darah terakhir minimal 2,5 bulan yang lalu, maksimal 5 kali setahun.

Untuk syarat-syarat yang mungkin tidak kita ketahui, ntar diperiksa kok oleh organisasi yang ikut membantu kita dalam mendonorkan darah. Oh ya, nggak usah musti nunggu acara donor darah dulu, sobat. Jika berminat, bisa langsung datang aja ke kantor PMI atau UDD (Unit Donor Darah) terdekat. Biasanya di setiap ibukota provinsi maupun kabupaten telah tersedia kantor-kantor tersebut. Jadi senangkan kalau setetes darah kita yang sehat itu juga dimiliki orang lain? Pahala ngalir, kesenangan orang pun juga ikut mengalir.

Semoga sobat semua nggak percaya lagi sama mitos-mitos seperti di atas, ya... Dan juga mau mulai berbagi setelah mengetahui syarat-syarat tersebut. Amin... Ingat, “Setetes darah anda, nyawa bagi sesama!”. (Amimma Nurti Lusdiana/MA KMI Diniyyah Puteri)       

Menimba ilmu agama sejak dini sudah harus ditekankan. Dalam sebuah hadits dituliskan, salah satu golongan orang-orang yang dilindungi Allah SWT di hari akhir nanti yaitu muda-mudi yang hatinya terpaut dengan masjid (senantiasa beribadah). Kenapa tidak orang tua saja? Karena beribadah memang sudah hal yang wajar untuk dilaksanakan bagi orang-orang tua. Sedangkan bagi sebagian besar muda-mudi, hal itu jarang dan hanya satu dua saja kadang ditemukan melakukannya.

            Saat ini, ada banyak lembaga-lembaga sekolah yang dapat membantu karakter muda-mudi dalam hal ibadah tersebut. Seperti pondok pesantren, MTs, MA, MI, MDA, TPA, dll. Tapi diantara itu, yang paling eksis saat ini adalah pondok pesantren. Dimulai dari santrinya yang untuk putra dan putri, hanya untuk putra, bahkan ada yang hanya untuk putri saja.

            Namun ketahuilah sobat, bahwa pondok pesantren ataupun madrasah lainnya bukan untuk menampung muda-mudi bandel agar lebih beradab lagi dalam menjalani kehidupan. Justru mereka cenderung ingin menambah ilmunya dan memperlurus ilmu-ilmu tersebut agar lebih bermanfaat. Adanya kebersamaan di antara mereka, tetap dapat membuat mereka lebih kreatif dalam hal apapun. Pelajaran yang banyak (lebih banyak dibandingkan sekolah-sekolah umum), bisa menjadikan mereka lupa akan masalah-masalah berat yang sering membebani. Entah itu masalah kangen keluarga, sulit berpisah dengan sahabat di rumah, dsb.

Tidak sedikit kita saksikan ada banyak orang-orang sukses alumni pondok pesantren. Seperti pemilik perusahaan komestik Wardah, penulis novel (Ahmad Fuadi), dll. Memang ada sih perilaku-perilaku anak pesantren yang kadang suka memberontak, namun tidak semuanya seperti itu. Bahkan, tak jarang dari mereka yang dulunya santri yang suka memberontak, namun ketika sudah semakin dewasa, ilmu-ilmu tersebut mereka terapkan kembali dalam kehidupan mereka. Seperti yang pernah dialami Ustadz Jefri Al-Bukhari (Uje).

            Jadi, rubahlah pandangan-pandangan buruk kita bahwa pesantren merupakan tempat penampungan untuk anak-anak yang tidak bernorma. Namun sebaliknya, otak mereka yang cerdas justru harus diarahkan agar tidak terbuang sia-sia dan menjadi pribadi yang lebih berkarakter. So, jadilah muda-mudi yang senantiasa berusaha beribadah. Agar ilmu yang diperoleh lebih bisa bermanfaat bagi nusa dan bangsa. (Amimma Nurti Lusdiana/MA KMI Diniyyah Puteri)

Sekolah merupakan sarana yang sangat berarti untuk kita. Karena disinilah kita bisa mengukir karya dan mengumpulkan berjuta ilmu. Berawal dari tahap yang pendek menuju tahap panjang untuk meraih sebuah kesuksesan dan impian yang dicita-citakan.

Tanpa adanya sekolah, kita tak bisa menjadi hebat. Walau berbagai bakat dan minat yang dimiliki seseorang, namun jika tak pernah dikembangkan dan tak ada sarana yang mendukung, maka hal itu tak berarti apa-apa. Namun dengan didirikannya sekolah, kehidupan umat manusia menjadi lebih terarah dan terlihat berbagai prestasi yang telah dihasilkannya. Baik berupa temuan-temuan, rumus, dan segala jenis ilmu yang telah dianugerahkan Allah di alam fana ini.

Sangat perlu kita mensyukuri semua ini. Karena sekolah adalah tempat hidup yang sangat menentukan kecerahan masa depan kita. Masa-masa di sekolah juga merupakan masa-masa indah. Dimana kita bergaul dan bersaing secara sehat dengan teman-teman untuk mendapatkan nilai terbaik. Dan ditempat ini kita bisa mengenal berbagai hal, dan melewati berbagai tantangan.

Kadang dalam kesehariannya kita bahagia, namun juga ada fakor-faktor penghalang yang bisa membuat kita jenuh, bosan dan galau. Namun semua itu harus dilalaui, karena kelak apabila kita telah selesai menempuh jejang pendidikan, maka kita akan merindukan masa-masa ini kembali. Dan ditempat inilah kita memulai karir untuk mencari jati diri.

Di sekolah juga ada guru yang selalu menuangkan kita berjuta ilmu, sehingga kita bisa berhasil. Dia tak pernah bosan mengajar kita. Dari sebelumnya kita tak tahu, menjadi tahu, dan sebelumnya tak bisa menjadi bisa. Untuk itu kita perlu juga berterima kasih kepadanya.

Jangan sia-siakan kesempatan kita untuk menuntut ilmu di sekolah. Karena kita semua tahu kalau pahlawan-pahlawan Indonesia sebelum kemerdekaan sangat susah menempuh jenjang pendidikan. Ada sih sekolah, namun hanya untuk kaum-kaum bangsawan. Namun saat ini semua itu tak lagi terjadi. Negara ini telah merdeka dan berkembang dari waktu ke waktu. Pendidikan di sekolah sekarang pun gratis. Tinggal lagi kemauan kita untuk bersekolah dan mengumpulkan berjuta ilmu. Karena kecerahan masa depan kita sangat berarti. Kita hidup juga dituntut untuk selalu berusaha mencari ilmu dimanapun tempatnya dan kapanpun waktunya. (Nesa Maharani/MA KMI Diniyyah Puteri)