Sema (Senat Mahasiswa) STIT Diniyyah Puteri Rahmah El Yunusiyyah bekerja sama dengan Diniyyah Research Center (DRC) mengadakan pelatihan menulis cerita PAUD di Aula Zainudin Labay El Yunusi. Pelatihan yang berlangsung pukul 09.00-12.00 WIB, Sabtu (16/02) tersebut menghadirkan narasumber Aldino Adry Baskoro, S.Si., penulis pemenang lomba menulis cerita PAUD 2017 dan 2018.
Tema yang dibahas dalam pelatihan yang diikuti oleh guru-guru PAUD dan mahasiswa se-Sumbar ini adalah bagaimana teknik menulis cerita PAUD sehingga layak diterbitkan dan diikutsertakan dalam perlombaan.
Acara dibuka oleh Pjs. Pembantu Ketua III STIT Diniyyah Puteri, Taufik Rahman, S.Pd.I, MA. Beliau sangat bersyukur atas terselenggaranya acara ini dan menjelaskan bahwa pelatihan ini sangat dibutuhkan sekali oleh caron guru dan seorang guru karena calon guru atau guru hendaknya bisa memiliki bahan ajar yang bisa dibuat sendiri. Seorang calon guru atau guru tidak hanya dituntut memiliki kemampuan lisan tapi juga lisan.
Mahasiswi STIT Diniyyah Puteri yang berasal dari Aceh Tenggara, Putri Halimaini, manyambut baik kegiatan pelatihan tersebut, sebagai upaya meningkatkan kemampuan dan menambah pengetahuan tentang teknik menulis cerita PAUD. “Saya sangat bahagia karena dapat ilmu baru yang nantinya akan berguna bagi saya saat jadi seorang guru di masa depan. Di samping itu pelatihan ini juga dapat menambah pengalaman saya,” jelasnya.
Di sesi pelatihan, Aldino Adry Baskoro, memaparkan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh calon penulis cerita PAUD untuk menghasilkan cerita sendiri. Penulis yang berasal dari Bali ini mengatakan bahwa hal utama yang harus dilakukan sebelum mulai menulis adalah banyak membaca cerita PAUD. Beliau juga menjelaskan bagaimana cara menemukan ide, menyusun urutan kalimat cerita, membuat ilustrasi, dan sebagainya. Tak hanya teori, Aldino juga mengajak semua peserta untuk mempraktikkan cara menulis cerita PAUD. (Riki Eka Putra)
Tanggal 9 Februari 2019, bertepatan pada hari Sabtu, rombongan study tour ke Jepang yang dipimpin oleh Ibu Fauziah Fauzan El Muhammady berangkat menuju Bandara International Minangkabau, untuk selanjutnya transit di Malaysia. Santri yang berangkat sebanyak 26 orang ditambah 2 orang guru dan 1 Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri. Perjalanan berlangsung selama 9 hari dan berakhir pada tanggal 17 Februari 2019.
Pada hari pertama, rombongan berangkat menuju Sakai City. Di sana santri belajar tentang upacara minum teh dan perkembangan Kota Sakai dari tahun ke tahun. Lalu rombongan kembali berangkat ke gedung penanggulangan bencana tsunami dan air laut pasang. Di sana santri belajar bagaimana menghadapi bencana alam seperti tsunami atau gempa bumi.
Kemudian rombongan menaiki Cruise (sejenis kapal Feri), dan menginap di sana semalam. Selanjutnya rombongan berangkat ke Incinerator Pengolahan Sampah Jepang. Di sana santri belajar bagaimana mengolah sampah dan bisa digunakan lagi sebagai bentuk lain. Di negeri sakura ini sampah atau limbah bisa dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan semen sehingga tidak terbuang dengan sia-sia.
Setelah itu rombongan berangkat ke Asia Pasific University (APU), untuk beristirahat sekaligus berkeliling melihat keindahan Kota Beppu. Para mahasiswa memperkenalkan kampus serta asrama kepada santri Diniyyah Puteri. Rata-rata santri berkeinginan untuk memasuki APU.
Keesokan harinya rombongan berangkat ke Kota Ube menuju dua buah sekolah terbaik yaitu Kagawa School dan Keishin School. Di sana santri berkenalan dan menambah relasi dengan teman-teman baru yang berasal dari Negara Jepang. Semua santri MAS KMI Diniyyah Puteri belajar seperti biasa dan mengikuti cara belajar mereka dengan seksama.
Di hari tersebut, pukul 16.30 waktu Jepang, santri dijemput dengan orang tua angkat. Ada pula yang pulang dengan kereta bersama orang tua mereka masing-masing. Santri menginap di rumah orang tua angkat selama satu malam saja. Kemudian esoknya santri kembali dibawa oleh rombongan dan melanjutkan tur.
Setelah itu santri diajak ke IPA Hirose, di sana santri belajar bagaimana mengolah air agar bisa digunakan dan bisa pula diminum oleh masyarakat Kota Ube. Air yang ada di Jepang sangat bersih dan sehat sehingga bisa diminum. Limbah air di tempat ini dijadikan bahan pembuatan semen. Tempat pengolahan air di Jepang tidak hanya di Kota Ube, tapi ada pula di Nakayama.
Di Indonesia, tempat pengolahan semen yang paling terkenal adalah Semen Padang. sedangkan di sana adalah Ube Cement Industry, yang bahannya berasal dari limbah dan sampah. Setelah itu santri dibawa ke Yamaguchi Universirty dan Yamaguchi Hospital. Di tempat ini santri diajak berkeliling untuk melihat-lihat bangunan universitas dan rumah sakit.
Pada hari terakhir, rombongan berangkat menuju Biwako Valley. Di sana santri bermain salju dan berselancar salju. Lalu rombongan kembali berangkat ke Aquarium Kaiyukan. Di tempat ini santri berkeliling melihat hewan-hewan air yang belum diketahui oleh santri. Pada malam harinya, rombongan pulang kembali ke tanah air dan transit kembali di Kuala Lumpur. (Afira Azzahra/MAS KMI Diniyyah Puteri)
Madrasah Aliyah Swasta Kulliyyatul Mu’allimat El Islamiyyah (MAS KMI) Diniyyah Puteri Padangpanjang kembali torehkan prestasi di bidang kepenulisan, khususnya Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI). Dari lima tim finalis Marco tingkat MA Sederajat, dua diantaranya berasal dari MAS KMI DIniyyah Puteri PadangPanjang Sumatera Barat. Kali ini kedua tim yang diutus berhasil membawa pulang piala Juara satu,atas nama Tazkia Noor El Houda dengan mengusung tema budaya yang mengangkat tentang songket dengan judul karya tulis, Pengembangan Potensi Pariwisata Budayadan Kegiatan Ekonomi Nagari Pandai Sikek Melalui Program Asosiasi Lapau Songket (ALAS) Sedangkan Juara harapan satu atas nama Julastri Dwi Rizky dan Ainun Afifah,mengangkat tema Wisata kuliner dengan judul penelitian, Perencanaan Pembangunan Pusat Makanan Khas Minang Kabau Berbasis Tradisional dan Glokalisasi Untuk Memajukan Wisata Kuliner dan Pusat Oleh-Oleh di Padang Panjang.
Para finalis yang terpilih melalui seleksi online dalam kegiatan lomba Marco ini diundang langsung ke MAN 1 Pekanbaru untuk mengikuti rangkaian kegiatan lanjutan, mulai dari technical meeting hingga presentasi hasil karya tulis di hadapan para juri. Kegiatan berlangsung dari Jum’at (8/2/19) hingga Sabtu (9/2/19).
“Alhamdulillah kegiatan MAN 1 Research (Marco) dan Islamic Competion Sains (ICS) ini mendapat respon yang baik, tidak hanya dari Riau saja namun juga dari berbagai daerah seperti Padang Panjang, Bengkalis dan Jambi. Ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang kami adakan dengan tujuan mencari bibit-bibit unggul di Provinsi Riau dan daerah lain dalam bidang Sains dan research. Bagi para pemenang dalam kegiatan lomba ini, akan bisa direkomendasikan untuk masuk ke MAN 1 Pekanbaru tanpa tes.” Terang kepala MAN 1 Pekanbaru, Dr H Marzuki M Ag.
Usai menerima penghargaan, tak henti-hentinya Ainun Afifah mengucap rasa syukur atas pengalaman berharga yang didapatkan selama rangkaian acara dan proses perlombaan. ungkapan kebahagiaannnya saat diwawancarai reporter Diniyyah News. (Rahmi Yulianti/Diniyyah News Reporter)
“Menulis itu adalah hal penting, karena dengan menulis kita bisa menyampaikan pandangan yang berbeda tentang suatu hal yang kita tanggapi. Kita bisa berpikir beda dengan kebanyak orang tentang menanggapi sesuatu hal. Kita juga bisa mencerna kembali isu-isu yang beredar di sekitar kita. Mencari kebenaran informasi yang didapat,” ungkap Fauzi Fauzan, Lc, S.Fils, Direktur Diniyyah Research Centre (DRC), saat memberikan sambutan kegiatan penyerahan penghargaan kepada guru MAS KMI Diniyyah Puteri yang aktif menulis di media cetak.
Acara ini dilakukan di ruang kelas MAS KMI Diniyyah Puteri, bertepatan dengan kegiatan evaluasi rutin guru, Kamis (7/2/19). Penghargaan langsung diserahkan langsung oleh Fauzi Fauzan Lc, S.Fils, I. Penghargaan ini diberikan kepada dua orang guru yang aktif menulis yaitu Winda Sesmita, M.Sn dan Dra. Yasmaida.
“Terima kasih kepada tim DRC atas apresiasi yang telah diberikan. Ini menjadi motovasi bagi saya untuk lebih aktif lagi menulis kedepannya dan insyaallah saya makin semangat menyelesaikan novel saya,” ucap Winda Sasmita, guru Seni Budaya MAS KMI Diniyyah Puteri.
Dra. Yasmaida, Guru Bahasa Indonesia MAS KMI Diniyyah Puteri yang juga mendapat penghargaan, turut merasa bahagia. Beliau menyampaikan bahwa menulis tanpa mengenal usia. Dengan menulis beliau bisa menyampaikan ide dan berbagi ilmu dan pengalaman kepada orang banyak. (Rahmi Yulianti/Diniyyah News Reporter)
More Articles...
- Training Dinteen dan Sanggar Sastra Rahmah Muda di SMA N 2 Lubuk Basung
- Impian Besar dalam Super Camp Santri MAS KMI, MTs DMP, & SMP Diniyyah Puteri
- Asyiknya Kemah Literasi SMPN 1 Padang Bersama Diniyyah Research Center
- Santri Diniyyah Puteri Terpilih sebagai Duta Baca Sumbar 2018
- Pengamatan Gerhana Bulan Bersama Diniyyah Science Center dan Langitselatan