Diniyyah Puteri Peserta Jambore dunia ke- 23 (23rd World Scout Jamboree)Wakili Sumatera Barat
Padang Panjang-Tahun ini menjadi kenangan termanis yang tak terlupakan seumur hidup oleh Diniyyah Puteri Padang Panjang. Perguruan khusus Puteri itu satu-satunya institusi dari Sumatera Barat yang berangkat mengikuti jambore pramuka se dunia ke -23 di Kirarahama Perfecture Yamaguchi Jepang. Rombongan pun dilepas secara resmi oleh Kwarda Sumbar tempo hari .
“ Atas kepercayaan yang diberikan dan diiiringi bantuan moril dan materil, mewakili Pimpinan Perguruan dan segenap jajarannya, kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih secara khusus kepada Bapak Muslim Kasim selaku Ketua Kwarda Sumbar yang turut mendukung Gudep Pramuka 007/008 Diniyyah Puteri untuk berangkat ke Jepang sebagai delegasi Sumatera Barat,” ujar Ahmad, Wakil Kamabigus Gudep Diniyyah Puteri .
Ahmad menambahkan, setibanya rombongan di Sumbar, dibuat acara penyambutan secara khusus oleh Kwarda dengan pelaksanaannya bertepatan momen peringatan hari pramuka ke- 54, di Lubuk Sikaping, kamis (19/8 ) kemarin.
“ Rombongan telah bertemu ramah dengan Kakwarda Sumbar, Muslim Kasim di lokasi upacara tersebut,” ungkapnya.
Diwawancarai ditempat terpisah, Resti Chairunnisa, mengaku makna penyambutan masih terasa luar biasa dan hangat meski mereka telah lima hari berada di Indonesia. Sebagaimana diberitakan, sebelumnya rombongan disambut pula secara resmi oleh Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri di Bandara BIM, dan dilanjutkan penyambutan khusus di perguruan Diniyyah Puteri pada kamis (13/8/15) lalu.
“Kami disambut bak pahlawan oleh Pimpinan Diniyyah Puteri, Ibu Fauziah Fauzan, dan segenap kepala sekolah beserta wakilnya. Kemudian di kampus Perguruan Diniyyah Puteri sudah menunggu semua anggota pramuka Diniyyah. Untuk itu, terima kasih kepada semuanya,” imbuhnya.
Resti mengisahkan kalau gudepnya bergabung gudep Pramuka provinsi lain. Kontingen Pramuka Indonesia ini pun dilepas pula secara kenegaraan oleh Presiden Jokowi di Istana Merdeka Jakarta. Tidak kurang 400 anggota Pramuka se- Indonesia yang tergabung dalam kontingen itu. Mereka berada di bumi perkemahan selama dua minggu, (25/7-10/8). Sekembalinya dari Jepang disambut secara resmi oleh Kwarnas di Jakarta Senin (10/08/15) kemarin.
“Kami sempat pula bertemu dengan ketua Kwartir Naisonal, Adhiyaksa Dault. Sempat bertukar pikiran dengan beliau dan berbagi pengalaman selama dua minggu di Jepang,” pungkas muslimah yang masih aktif sebagai Trainer Diniyah Training Centre ini.
Muslimah yang tercatat sebagai mahasiswa STIT Diniyyah Puteri ini mengatakan, Diniyah Puteri mengutus sebanyak tujuh orang anggotanya , dengan jumlah enam orang santri tingkat MTS-DMP –SMP adalah Lathifah Arikah Meranti, Sekar Mutiara Ramadani dan Muthia Mahderina Cahyani. Sedangkan santri MA KMI antara lain Rian Hariyani, Nadhira Asiah Arin, Annisa Maulidia Alfian. Ditambah dengan dirinya yang bertindak sebagai pembina.
Program utama kegiatan ini adalah menyampaikan pesan “Messenger of Peace (pesan perdamaian) ” yang berujung pada mewujudkan perdamaian di seluruh dunia melalui rasa menghargai dan saling toleransi, tidak lagi ada diskriminasi terhadap agama maupun bangsa apa pun. Ini juga selaras dengan tujuan utama pramuka dunia yaitu "SCOUTS 'Creating A Better World" .
Muslimah yang juga seorang fasih berbahasa inggris ini menambahkan bahwa tema kegiatan yang dihusung adalah dengan mengambil simbol tangan diangkat ke atas membentuk lingkaran penuh yang berarti “ A Spirit of Unity “ atau “semangat persatuan.
Terakhir, pembina yang pernah mondok selama 6 tahun di Diniyyah Puteri ini memaparkan program ini diakhiri dengan mengunjungi monumen bersejarah bagi negara Jepang yaitu museum Hiroshima sebuah miniatur kota yang pernah hancur saat perang dunia II dan melihat kebangkitan Jepang pasca pengeboman oleh tentara sekutu.
Ditanya kesan selama mengikuti Jambore, Resti mengaku bangga bisa bergabung pada acara jambore kelas dunia itu, apalagi, memakai seragam pramuka yang dilengkapi dengan lambang Garuda, sebagai penanda kontingen Indonesia, karena tidak semua anggota pramuka Indonesia boleh memasang lambang garuda di bajunya, kecuali untuk iven pramuka internasional atau penghargaan atas prestasi pernah yang diraihnya ” ujarnya.
Pelajaran yang dapat dipetik disana, adalah, dalam ivent-iven internasional, bahasa Inggris adalah modal utama yang harus dikuasai. “ Alhamdulillah, semua anggota tim menguasai bahasa asing yang telah di pelajarinya sejak duduk bangku pertama di Diniyyah Puteri. Pentingnya bahasa asing, karena kita selalu berinterkasi dengan semua bangsa setiap waktu, dengan bahasa Inggris bahasa wajib yang dipakai semua peserta.” Pungkasnya.
Menurutnya, dalam iven diatas, semua peserta dituntut untuk memiliki fisik yang kuat dan sehat, karena suhu disana sangat ekstrim mencapai 42 derjat dengan tingkat kelembaban rendah. Gudep Diniyyah Puteri berhasil melewati tantangan cuaca demikian.
Ditempat terpisah, Yusneli Syafari, S.Pd Wakasis MA. KMI yang juga pembina aktif, mengatakan kepada media ini bahwa sampai sekarang, Gudep Pramuka Diniyyah Puteri selalu aktif menyelenggarakan kegiatan pramuka internal di lingkungan sekolah.
“ Terakhir dua bulan lalu kami menggelar pengetesan calon penegak Laksana dan Bantara, “ terangnya.
Dia menambahkan, kegiatan pramuka di Diniyyah Puteri dilaksanakan pada hari kamis sore dan khusus untuk santri MTS-DMP dan SMP Diniyyah Puteri, mereka diasuh oleh kakak Penengak bantara dan laksana.
Fitria Rahmi, Wakasis tingkat MTS –DMP dan SMP Diniyyah Puteri secara terpisah mengatakan secara khusus kegiatan pramuka untuk santri tingkat menengah, mereka diwajibkan ikut pramuka tanpa terkecuali, karena kedepannya akan banyak program pramuka yang selaras dengan pendidikan karakter ala Diniyyah Puteri.
“Selain kegiatan internal, iven perlombaan dari luar biasanya juga ditindaklanjuti dengan mengiriman utusan, walau hari sabtu-ahad adalah jam belajarnya santri, karena dua hari itu adalah jam belajar mengajar kami, karena kami libur hari jum’at,” imbuhnya. ( Ahmad/Resti/DTC)
Padang Panjang-Resti Chairunnisa, pembina yang menjadi pimpinan delegasi Pramuka Diniyyah Puteri pada Jambore Pramuka Se Dunia XXIII Kirarahama Yamaguchi Jepang berkisah bahwa pendidikan karakter itu semestinya menjadi kepribadian setiap anggota pramuka. Setidaknya Tri Satya dan Dasa Dharma tidak hanya sekedar hafal di lisan, juga menjadi kepribadian setiap anggota pramuka.
Menurut penilaiannya, selama di Jepang, anggota Pramuka yang paling tertib adalah dari Jepang, kemudian anggota pramuka dari Finlandia.
Bagaimana pun peserta Jambore yang diikuti 34 ribu peserta dari 150 negara tersebut, anggota Pramuka Jepang tetap menjaga kebersihan disekitar area, dan itu sebuah contoh untuk diteladani. Berbeda dengan utusan negara lain yang tidak dapat bersih dan tertib.
” Kami melihat standar hidup tertib, rapi dan bersih dari cara penggunaan kamar mandi. Biasanya sehabis mandi, kami menunggu giliran dari pramuka Jepang. Karena orang Jepang, disetiap aktivitasnya sudah terbiasa hidup bersih, dan tidak mau meninggalkan sampah, termasuk di WC, jadi kami mendapatkan WC tetap dalam keadaan bersih. Kalau kami sempat mengunakan WC setelah anggota Pramuka Afrika atau Amerika, jelas WC sangat berantakan bentuknya,” ungkapnya.
Bagi kami pola seperti itu sesuai dan sebenarnya pola itu telah tertanam di diri santri kami, bahwa mereka di didik Diniyyah Puteri untuk tidak membuang sampah sembarangan, sebaliknya menjaga kebersihan lingkungan, bertanggungjawab, menjaga sopan santun dan sebagainya,” pungkasnya.
Dirinya menilai, sangat disayangkan kalau banyak atribut lencana penghargaan pramuka melekat di baju seorang kakak pramuka, tetapi masih suka buang sampah sembarangan atau merokok di arena perkemahan yang masuk kategori ruang publik yang juga harus dijaga keasriannya.
“ Itu bertentangan dengan prinsip cinta alam dan kasih sayang pada manusia sebagaimana termaktub dalam pokok kedua Dasa Dharma Pramuka. Rokok adalah polusi dan juga menzalimi orang lain, ” ujarnya kritis.
Harapannya kedepan, setiap anggota pramuka harus menjaga sikap dan bertanggungjawab dengan perbuatannya, tidak mengambil hak orang lain, ikut menjaga ketertiban dan ketenangan. Karena itu gudep disetiap sekolah harus turut membenahi perilaku anggota pramukanya disamping fokus mengembalikan dan mengontrol karakter dan kepribadian mereka.
“Tidak hanya sekedar ikut lomba, atau menghadiri acara perkemahaan semata, atau kegiatan sejenisnya, semua isi Dasa Dharma dan Tri Satya sudah dipastikan melekat baik pada diri mereka baik selama kegiatan pramuka, maupun diluar itu, itulah pramuka sejati,”Ungkapnya”.
“Buat apa kalau dalam perlombaan, kita menang, dalam penerapan nilai Dasa Dharma dan janji Trisatya kita gagal total dan bertolak belakang dengan apa yang kita ucapkan,lantas apa bedanya dengan orang-orang yang tidak ikut pramuka ,”imbuhnya. ( Ahmad/DTC)
Delegasi Diniyyah Puteri memegang Bendera Indonesia dibumi Perkemahan Kirarahama
Yamaguchi Jepang
Padang Panjang-Saat ditanya apa saja yang dapat dipetik dari kegiatan jambore pramuka se dunia XIII di Kirarahama Yamaguchi Jepang tersebut,Resti Chairunnisa tersenyum.
“ Sebenarnya banyak, antara lain kita harus menguasai bahasa Inggris aktif utamanya. Inilah bahasa pengantar kita dengan beragam bangsa yang hadir disana,” ujarnya
Sebab selama disana dirinya mengakui dalam berkomunikasi dengan berbagai anggota pramuka bangsa lain, kerap menggunakan bahasa Inggris. Ada-ada saja cara panitia untuk membuat mereka harus berada dalam kelompok yang isinya terdiri dari berbagai negara.
“ Kami sempat berteman dengan anggota pramuka asal Turki, Serbia, Inggris, Amerika, Australi dan Jepang, dalam beberapa kegiatan“ terangnya.
Dia menambahkan, enam orang santri Diniyyah Puteri yang ikut pada acara internasional itu sudah memiliki kemampuan berbahasa asing yang lumayan bagus. “karena mereka telah diasah dan diajari bahasa Inggris aktif dan pasif oleh Diniyyah English Centre (DEC) saat mulai duduk sebagai santri Diniyyah Puteri .
“kemudian kesiapan fisik dan kesehatan, karena selama disana, suhu udara mencapai 42 derajat celcius. Panas terik, tidak salah selama dua minggu di Jepang, kulit kami agak menghitam. Kegiatan ini memang bisa terselanggara dimusim gugur, andaikata di musim dingin mungkin banyak yang tidak sanggup bertahan karena suhu sampai 5 derajat,” ungkapnya.
Pembina yank tercatat sebagai mahasiswi STIT Diniyyah Puteri ini menambahkan, poin penting lainnya, yakni menjaga kebersihan, ketertiban, perilaku, etika selama acara.
“ Dapat dibayangkan, acara yang dihadiri 34 ribu peserta jambore se –Dunia dan dihadiri 150 negara, jika tidak tertib dan hidup tidak bersih, lokasi bumi perkemahan bisa menjadi tumpukan sampah peserta,” ujarnya.(ahmad/DTC)
Padang Panjang-Tidak sebagaimana biasanya, memakai kacu berbeda, dengan beragam atribut yang tidak dikenal, kehadiran delegasi Pramuka Diniyyah Puteri di acara Hari Pramuka ke -54 di Pasaman itu menyita perhatian banyak pembina pramuka. Sebagian juga bertanya-tanya dan bahkan beberapa kakak penegak Kwarcab setempat memperhatikan setiap lambang yang terpampang lengkap di lengan baju mereka.
Terlihat sedikit aneh karena semua lambang itu tidak ditemukan dilengan baju anggota pramuka lain. terdapat lambang Burung Garuda di lengan sebelah kanan, ada tanda segi empat di lengan sebelah kiri bertuliskan 23rd World Scout Jambore. Ada lagi ada terpasang satu kacu berbeda selain kacu merah putih, ada kacu berwarna merah-hijau yang menandakan seseorang sebagai Unit Leader di masa Jamboree dan Kacu berwarna merah-kuning sebagai tanda seseorang sebagai peserta kegiatan Jambore Dunia.
Saat ditanya, apakah Pramuka Diniyyah Puteri adalah anggota Pramuka Garuda. Secara diplomatis Resti menjawab, setiap kontingen yang membawa nama negara dipentas Nasional dengan nama baik sebuah bangsa, sudah pasti mereka mewakili negaranya.
“kami berangkat ke Jepang, dengan seragam dan baju yang sama memakai lambang yang sama. Karena ini event Internasional, kami adalah peserta pramuka yang mewakili jutaan anggota Pramuka Indonesia untuk bergabung dalam acara jambore dunia tersebut. Untuk dan atas nama Indonesia, kami menyandang indentitas sebagai Pramuka Garuda, “ tandasnya.
Seperti logo garuda yang terpasang karena kami mewakili Indonesia, kami adalah bagian dari Pramuka Garuda. Lambang ini langsung kami terima dari Kwarnas lengkap dengan bajunya. Dan otomatis semua peserta jambore yang akan ke Jepang, wajib memakai lambang garuda, yang menandakan peserta jambore asal Indonesia.
Setelah pulang ke negaranya, masing-masing peserta bertukar tanda atribut pramuka negara lain yang dipasangnya di tempat yang lowong.
Tetapi yang menarik, tidak semua anggota pramuka boleh memakai lambang garuda, dan dalam sejarahnya, pasukan pramuka Diniyyah Puteri baru pertama kalinya mengenakan seragam pramuka lengkap dengan gambar garuda di lengan sebelah kanan.
“ya, ini sebuah simbol yang luar biasa, bukan main-main mengingat, setiap kontingen apakah itu tentara, atau misi negara ke luar negeri, dan akan membawa nama dan identitas negara, lambang garuda sudah menyatu di seragam yang dikenakan, tidak terkecuali pada seragam pramuka,” tegasnya.(Ahmad Rifa’i/dtc)