Kemeriahan Perayaan Eksternal Milad 99 Tahun Diniyyah Puteri
Lahir pada tanggal 1 November 1923, Perguruan Diniyyah Puteri telah berumur 99 tahun dengan harapan menjadi tempat khusus perempuan menuntut ilmu dan mendidik para perempuan menjadi muslimah sejati.
Digawangi oleh Rahmah El Yunusiyyah, berawal dari sebuah beranda Masjid Asliyah Pasar Usang hingga hampir satu abad Diniyyah Puteri terus mendidik generasi dan membangun negeri. Mengusung motto “Menaklukkan Dunia Meraih Surga”, Diniyyah Puteri terus bertransformasi meningkatkan kualitas pendidikan muslimah. Melalui gagasan kurikulum Qur’an Sunnah Qalbu Brain Attitude (QUBA), dan berbagai divisi otonom yang terus membantu kualitas santri agar siap menjadi pemimpin muslimah di masa depan.
“Didirikan oleh Rahmah El Yunusiyyah pada usia 23 tahun tentu bukan perkara yang mudah mengingat pada masa itu penjajahan terhadap bangsa ini sedang berlangsung tapi Diniyyah Puteri mampu membuktikan bahwa ia masih bisa eksis sampai sekarang. Diniyyah Puteri berdiri untuk kepentingan bangsa negara,” ujar Guspardi Gaus, Anggota DPR RI saat menghadiri resepsi eksternal milad 99 tahun Diniyyah Puteri, Sabtu 05/11/2022, di Aula Zainuddin Labay El Yunusy yang bertema “Menggaungkan 99 Asma Allah dalam 99 Tahun Pengabdian”.
Lebih lanjut Guspardi Gaus mengungkapkan bahwasanya 10 saudara perempuannya bersekolah di Diniyyah Puteri. Istri dan dua anak perempuannya juga menuntut ilmu di Diniyyah Puteri. Bekal ilmu yang didapatkan dari Diniyyah Puterilah yang membuat istri beliau mampu mengelola puluhan cabang Citra Swalayan yang telah diturunkan dari generasi ke generasi. Puterinya yang merupakan alumni Diniyyah Puteri sekarang merupakan istri dari Bupati Sijunjung.
Sementara itu, Mahyeldi. SP, Gubernur Sumatera Barat mengungkapkan syukurnya di usia yang ke-99 tahun ini didikan Diniyyah Puteri telah dapat dirasakan bersama. Kedepannya ia mengharapkan Diniyyah Puteri dapat konsisten dengan jati dirinya karena mendidik perempuan sama halnya Diniyyah Puteri telah mendidik tiang-tiang bangsa. Semoga Diniyyah Puteri selalu konsisten melahirkan pemimpin-pemimpin baru.
Acara ini turut dihadiri oleh Walikota Padang Panjang, Fadly Amran, BBA, Kakanwil Kementrian Agama Sumatra Barat, Ketua Yayasan Rahmah El Yunusiyyah, Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri, majelis guru, karyawan, alumni, mahasiswi, dan santri. (Tasya Sabila/Diniyyah Reporter News)
Reuni IKD (Interaksi Keluarga Diniyyah)
Dalam merayakan Milad Diniyyah yang ke 99, Interaksi Keluarga Diniyyah atau biasa dikenal dengan sebutan (IKD) melaksanakan reuni di Aula Zainuddin Labay pada (04/11). Kegiatan ini turut dihadiri oleh Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri, Dewan Pakar Interaksi Keluarga Diniyyah Puter, Ketua IKD, Pengurus IKD cabang/ daerah, coordinator angkatan dan seluruh anggota IKD diseluruh Indonesia.
Kegiatan ini menggaungkan tema “Pererat Silaturrahmi dan Kebersmaaan”. Saat membuka acara, Eva Delva, M. M. Pd selaku ketua IKD pusat mengatakan, “ Tujuan kegiatan ini yaitu untuk menjalin silaturrahmi, dan Diniyyah Puteri menjadi wadah untuk berkumpulnya para alumni.” tegasnya, saat diwawancarai.
Disela-sela penampilan profil Diniyyah Puteri, Fauziah Fauzan, SE. Akt., M. Si selaku Pimpinan, menjelaskan bagaimana perjuangan Rahmah El Yunusiyyah dari tahun 1900-1969. Fauziah Fauzan juga menjabarkan program santri, divisi otonom, prestasi santri, hingga kerjasama Diniyyah Puteri baik yang ada di dalam maupun luar negeri. Kegiatan ini dilanjutkan dengan rapat umum reuni akbar IKD yang di moderatori oleh Fauziah Fauzan selaku Pimpinan Diniyyah Puteri. Rapat ini memberikan kesimpulan ingin menjadikan Rahmah El Yunusiyyah sebagai Pahlawan Nasional, pengembangan STIT menjadi Universitas, Kerjasama dengan Arab Saudi, Qatar dan Inggris, pembuatan film Rahmah El Yunusiyyah, penyelesaian asrama yang sesuai dengan QUBA curriculum.
Kegiatan ini dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab bersama alumni. Akhir acara ditutup dengan foto bersama. (Syifa Khaira Najwa/Diniyyah News)
Seminar Roadmap Menuju Satu Abad Diniyyah Puteri
Menuju umur yang ke-100 tahun ini Diniyyah Puteri harus banyak berbagi ilmu ke berbagai sekolah lainnya, baik yang ada di Sumatera Barat maupun daerah lainnya di Indonesia. Kegiatan tersebut bisa dilakukan oleh pimpinan, guru, mahasiswi, dan santri agar kebermanfaatan Diniyyah Puteri dapat dirasakan oleh semua pihak.
Hal tersebut disampaikan Prof.dr.Fasli Jalal,Ph.D, Rektor Universitas Yarsi Jakarta, saat tampil sebagai pembicara Seminar Roadmap Satu Abad Perguruan Diniyyah Puteri, Jumat (4/11/2022).
“Diniyyah Puteri adalah mata air. Maka alirkanlah mata air itu kemana-mana. Bila pimpinan, guru, dan santri bisa jadi pembicara, masyarakat tentu akan memandang Diniyyah Puteri ini luar biasa. Selain itu, siswa sekolah lain akan lebih termotivasi berkali lipat jika pembicaranya adalah santri Diniyyah Puteri dibandingkan guru-gurunya,” ucap mantan Wakil Menteri Pendidikan tersebut.
Lebih lanjut Fasli Jalal mengatakan bahwa Bunda Rahmah El Yunusiyyah sudah memandang pentingnya perempuan memiliki life skill. Pertama, lulusan Diniyyah Puteri bisa jadi manajer di rumah tangga. Mereka penentu di keluarga. Maju mundurnya keluarga ada di tangan mereka. Kedua, mereka adalah guru. Baik guru formal, non formal, keluarga, dan lingkungan. Ketiga, mereka pendakwah. Sebab itu diperlukan kemandirian dan diperlukan pengetahuan keterampilan vokasi sehingga mereka tidak perlu bergantung dengan orang lain.
Acara yang berlangsung di Aula Zainuddin Labay El Yunusy ini dibuka oleh Ketua Yayasan Rahmah El Yunusiyyah, Prof. Dr. Nadirman Haska, APU. Dihadiri Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri, Fauziah Fauzan, SE, Akt, M.Si, guru, dosen, karyawan, mahasiswi STIT Diniyyah Puteri, dan para alumni.
Pembicara berikutnya, Dr. HC. Dra. Nurhayati Subakat, Apt, CEO PT. Paragon Technologi menjelaskan bahwa ada lima hal yang telah dijadikan dasar di perusahaannya sehingga Wardah bisa jadi brand kosmetik nomor 1 di Indonesia, yakni ketuhanan, kepedulian, kerendahan hati, ketangguhan, dan inovasi. Menurut alumni Diniyyah Puteri tersebut, kelima hal itu juga harus ditekankan serta dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran santri Diniyyah Puteri. (TasyaSabila/DiniyyahNewsReporter)
Ini 4 Tokoh Islam di Indonesia, Mulai dari Pemikir hingga Pembaharu
Indonesia memiliki ulama yang sangat berpengaruh untuk perkembangan peradaban Islam di Nusantara. Di antara banyaknya tokoh Islam tersebut, muncul empat nama tokoh Islam yang tampaknya menarik untuk diulas.
Empat tokoh Islam berikut ini berperan besar dalam menjaga dan memperbaharui Islam di Indonesia. Banyak dari para tokoh tersebut yang mendirikan organisasi Islam sebagai sarana perubahan di berbagai bidang.
1. Ahmad Surkati
Dilahirkan di Pulau Aru, daerah Dunggulah, Sudan, pada 1875 silam, menjadi keuntungan untuk Ahmad Surkati bisa sempat mengenyam pendidikan di Al-Al Azhar Mesir dan Mekah.
Kendati lahir di Sudan, Ahmad Surkati tidak lupa akan negeri asalnya, yaitu tanah Jawa, Ahmad Surkati kembali datang ke Jawa pada Maret 1911, bermula dari permintaan Jamiat Khair, sebuah organisasi yang didirikan warga keturunan Arab di Jakarta.
Namun, ternyata Jamiat Khair, sebuah organisasi yang memintanya pulang ke Jawa itu, dirasa tidak cocok untuk diri Ahmad Surkati. Terkait hal itu, Ahmad Surkati lalu mendirikan sendiri Madrasah Al Irsyad Al Islamiyah di Jakarta pada 6 September 1914.
Madrasah tersebut semakin besar, dan kemudian beralih status menjadi Perhimpunan Al Irsyad, dengan tujuan untuk memurnikan Islam dan bergerak dalam bidang pendidikan kemasyarakatan.
Lebih lanjut, ternyata Soekarno pernah menyebut jika Ahmad Surkati merupakan salah satu tokoh yang mempercepat lahirnya kemerdekaan Indonesia.
Ahmad Surkati wafat pada 6 September 1943, dengan berhasil meninggalkan perhimpunan hingga eksis sampai kini, yaitu Perhimpunan Al Irsyad.
2. KH Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan, merupakan tokoh berpengaruh dalam pendidikan Islam di Indonesia. Dengan kiprah dan jasa Ahmad Dahlan, dirinya mampu untuk mendirikan sebuah organisasi dengan nama Muhammadiyah.
Organisasi Muhammadiyah itu, bisa tetap eksis dan makin diminati hingga kini, hal tersebut bisa ditarik kesimpulan, bahwa Ahmad Dahlan berhasil melahirkan organisasi Islam yang bisa diterima umat di setiap zaman.
Lahir pada 1 Agustus 1868 di Kauman, Yogyakarta, dan menyandang nama kecil Muhammad Darwis, lalu Ahmad Dahlan sejak kecil telah hidup di lingkungan pesantren dengan menyerap pengetahuan agama dan bahasa Arab.
Ahmad Dahlan sempat menetap di Mekah di usia 15 tahun, dan mulai berinteraksi dengan pemikiran para pembaharu Islam. Sejak saat itu, munculnya pemikiran Ahmad Dahlan untuk membawa gerakan pembaharu Islam ke kampung halamannya di Yogyakarta.
Baca juga:
Mengenal 5 Fakta Miqdad, Sahabat Nabi Muhammad yang Jarang Terdengar
Resepsi Internal Milad 99 Tahun Perguruan Diniyyah Puteri
Santunan Anak Yatim Diniyyah Wafa Care
Organisasi Muhammadiyah, adalah salah satu capaian akhir dari perjalanan Ahmad Dahlan dalam melakukan gerakan pembaharuan Islam tersebut.
3. Ahmad Hasan
Dikenal dengan sang pemikir dan sang pengkaji Islam, Ahmad Hasan sempat mendapat julukan dari Bung Karno, Presiden Pertama Indonesia.
Bung Karno, diketahui sangat menghargai pemikiran Islam dari Ahmad Hasan tersebut. Sekalipun, terkadang Bung Karno pernah juga berpolemik dengan Ahmad Hasan, tidak menyebabkan ia kehilangan jati diri di mata Bung Karno.
Nama kecil Ahmad Hasan adalah Hassan bin Ahmad, lahir di Singapura pada 1887, dari keluarga campuran India-Indonesia.
Ahmad Hasan dikenal dengan sosok pemikir dan pekerja keras, sejak remaja, dia sudah melakoni berbagai pekerjaan. Mulai dari buruh hingga penulis.
Ketika masih muda, Ahmad Hasan sangat populer di kalangan kaum muda progresif di lingkungan Persatuan Islam di Bandung. Pernah bertemu dengan Mohammad Natsir, dan ikut menerbitkan majalah Pembela Islam dan Al Lisan, hingga ikut mendirikan Pesantren Persatuan Islam di Jawa Timur.
4. KH Hasyim Asyari
Lahir pada 14 Februari 1871 di Jawa Timur, serta merupakan pendiri Nahdlatul Ulama, yang saat ini sudah sangat dikenal dan menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Nahdlatul Ulama didirikan pada 31 Januari 1926, dengan membawa paham pembaharuan untuk Islam di Indonesia.
KH Hasyim Asyari dikenal sebagai pakar ilmu hadis, sebab pernah mendapatkan ilmu langsung dari Syaikh Mahfudz asal Termas, tokoh pakar ilmu hadir pertama di Mekah kala itu.
Di masa Belanda datang ke Indonesia, Hasyim dengan beraninya menentang itu, dengan cara bersikap nonkooperatif. Hasyim juga sempat mengeluarkan banyak fatwa yang menolak kebijakan pemerintah kolonial.
Baca juga:
Mengenal 5 Fakta Miqdad, Sahabat Nabi Muhammad yang Jarang Terdengar
Resepsi Internal Milad 99 Tahun Perguruan Diniyyah Puteri
Santunan Anak Yatim Diniyyah Wafa Care
Dan paling dikenal hingga kini adalah fatwa Hasyim tentang jihad untuk melawan Belanda. "Wajib hukumnya bagi umat Islam di Indonesia berperang melawan Belanda," fatwa itu dikeluarkan menjelang meletusnya peristiwa 10 November di Surabaya.
Hasyim wafat pada 25 Juli 1947, tepat 2 tahun selepas Indonesia merdeka.