Reuni IKD (Interaksi Keluarga Diniyyah)

WhatsApp Image 2022-11-17 at 09.51.20

            Dalam merayakan Milad Diniyyah yang ke 99, Interaksi Keluarga Diniyyah atau biasa dikenal dengan sebutan (IKD) melaksanakan reuni di Aula Zainuddin Labay pada (04/11). Kegiatan ini turut dihadiri oleh Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri, Dewan Pakar Interaksi Keluarga Diniyyah Puter, Ketua IKD, Pengurus IKD cabang/ daerah, coordinator angkatan dan seluruh anggota IKD diseluruh Indonesia.

            Kegiatan ini menggaungkan tema “Pererat Silaturrahmi dan Kebersmaaan”. Saat membuka acara, Eva Delva, M. M. Pd selaku ketua IKD pusat mengatakan, “ Tujuan kegiatan ini yaitu untuk menjalin silaturrahmi, dan Diniyyah Puteri menjadi wadah untuk berkumpulnya para alumni.” tegasnya, saat diwawancarai.

            Disela-sela penampilan profil Diniyyah Puteri, Fauziah Fauzan, SE. Akt., M. Si selaku Pimpinan, menjelaskan bagaimana perjuangan Rahmah El Yunusiyyah dari tahun 1900-1969. Fauziah Fauzan juga menjabarkan program santri, divisi otonom, prestasi santri, hingga kerjasama Diniyyah Puteri baik yang ada di dalam maupun luar negeri. Kegiatan ini dilanjutkan dengan rapat umum reuni akbar IKD yang di moderatori oleh Fauziah Fauzan selaku Pimpinan Diniyyah Puteri. Rapat ini memberikan kesimpulan ingin menjadikan Rahmah El Yunusiyyah sebagai Pahlawan Nasional, pengembangan STIT menjadi Universitas, Kerjasama dengan Arab Saudi, Qatar dan Inggris, pembuatan film Rahmah El Yunusiyyah, penyelesaian asrama yang sesuai dengan QUBA curriculum.

            Kegiatan ini dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab bersama alumni. Akhir acara ditutup dengan foto bersama. (Syifa Khaira Najwa/Diniyyah News)

           

Seminar Roadmap Menuju Satu Abad Diniyyah Puteri

WhatsApp_Image_2022-11-17_at_09.49.40.jpeg

            Menuju umur yang ke-100 tahun ini Diniyyah Puteri harus banyak berbagi ilmu ke berbagai sekolah lainnya, baik yang ada di Sumatera Barat maupun daerah lainnya di Indonesia. Kegiatan tersebut bisa dilakukan oleh pimpinan, guru, mahasiswi, dan santri agar kebermanfaatan Diniyyah Puteri dapat dirasakan oleh semua pihak.

            Hal tersebut disampaikan Prof.dr.Fasli Jalal,Ph.D, Rektor Universitas Yarsi Jakarta, saat tampil sebagai pembicara Seminar Roadmap Satu Abad Perguruan Diniyyah Puteri, Jumat (4/11/2022).

            “Diniyyah Puteri adalah mata air. Maka alirkanlah mata air itu kemana-mana. Bila pimpinan, guru, dan santri bisa jadi pembicara, masyarakat tentu akan memandang Diniyyah Puteri ini luar biasa. Selain itu, siswa sekolah lain akan lebih termotivasi berkali lipat jika pembicaranya adalah santri Diniyyah Puteri dibandingkan guru-gurunya,” ucap mantan Wakil Menteri Pendidikan tersebut.

            Lebih lanjut Fasli Jalal mengatakan bahwa Bunda Rahmah El Yunusiyyah sudah memandang pentingnya perempuan memiliki life skill. Pertama, lulusan Diniyyah Puteri bisa jadi manajer di rumah tangga. Mereka penentu di keluarga. Maju mundurnya keluarga ada di tangan mereka. Kedua, mereka adalah guru. Baik guru formal, non formal, keluarga, dan lingkungan. Ketiga, mereka pendakwah. Sebab itu diperlukan kemandirian dan diperlukan pengetahuan keterampilan vokasi sehingga mereka tidak perlu bergantung dengan orang lain.

Acara yang berlangsung di Aula Zainuddin Labay El Yunusy ini dibuka oleh Ketua Yayasan Rahmah El Yunusiyyah, Prof. Dr. Nadirman Haska, APU. Dihadiri Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri, Fauziah Fauzan, SE, Akt, M.Si, guru, dosen, karyawan, mahasiswi STIT Diniyyah Puteri, dan para alumni.

Pembicara berikutnya, Dr. HC. Dra. Nurhayati Subakat, Apt, CEO PT. Paragon Technologi menjelaskan bahwa ada lima hal yang telah dijadikan dasar di perusahaannya sehingga Wardah bisa jadi brand kosmetik nomor 1 di Indonesia, yakni ketuhanan, kepedulian, kerendahan hati, ketangguhan, dan inovasi. Menurut alumni Diniyyah Puteri tersebut, kelima hal itu juga harus ditekankan serta dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran santri Diniyyah Puteri. (TasyaSabila/DiniyyahNewsReporter)

Ini 4 Tokoh Islam di Indonesia, Mulai dari Pemikir hingga Pembaharu

Tokoh_islam.png

 

Indonesia memiliki ulama yang sangat berpengaruh untuk perkembangan peradaban Islam di Nusantara. Di antara banyaknya tokoh Islam tersebut, muncul empat nama tokoh Islam yang tampaknya menarik untuk diulas.

 

Empat tokoh Islam berikut ini berperan besar dalam menjaga dan memperbaharui Islam di Indonesia. Banyak dari para tokoh tersebut yang mendirikan organisasi Islam sebagai sarana perubahan di berbagai bidang.

 

1. Ahmad Surkati

 

Dilahirkan di Pulau Aru, daerah Dunggulah, Sudan, pada 1875 silam, menjadi keuntungan untuk Ahmad Surkati bisa sempat mengenyam pendidikan di Al-Al Azhar Mesir dan Mekah.

 

Kendati lahir di Sudan, Ahmad Surkati tidak lupa akan negeri asalnya, yaitu tanah Jawa, Ahmad Surkati kembali datang ke Jawa pada Maret 1911, bermula dari permintaan Jamiat Khair, sebuah organisasi yang didirikan warga keturunan Arab di Jakarta.

 

Namun, ternyata Jamiat Khair, sebuah organisasi yang memintanya pulang ke Jawa itu, dirasa tidak cocok untuk diri Ahmad Surkati. Terkait hal itu, Ahmad Surkati lalu mendirikan sendiri Madrasah Al Irsyad Al Islamiyah di Jakarta pada 6 September 1914.

 

Madrasah tersebut semakin besar, dan kemudian beralih status menjadi Perhimpunan Al Irsyad, dengan tujuan untuk memurnikan Islam dan bergerak dalam bidang pendidikan kemasyarakatan.

 

Lebih lanjut, ternyata Soekarno pernah menyebut jika Ahmad Surkati merupakan salah satu tokoh yang mempercepat lahirnya kemerdekaan Indonesia.

 

Ahmad Surkati wafat pada 6 September 1943, dengan berhasil meninggalkan perhimpunan hingga eksis sampai kini, yaitu Perhimpunan Al Irsyad.

 

2. KH Ahmad Dahlan

 

Ahmad Dahlan, merupakan tokoh berpengaruh dalam pendidikan Islam di Indonesia. Dengan kiprah dan jasa Ahmad Dahlan, dirinya mampu untuk mendirikan sebuah organisasi dengan nama Muhammadiyah.

 

Organisasi Muhammadiyah itu, bisa tetap eksis dan makin diminati hingga kini, hal tersebut bisa ditarik kesimpulan, bahwa Ahmad Dahlan berhasil melahirkan organisasi Islam yang bisa diterima umat di setiap zaman.

 

Lahir pada 1 Agustus 1868 di Kauman, Yogyakarta, dan menyandang nama kecil Muhammad Darwis, lalu Ahmad Dahlan sejak kecil telah hidup di lingkungan pesantren dengan menyerap pengetahuan agama dan bahasa Arab.

 

Ahmad Dahlan sempat menetap di Mekah di usia 15 tahun, dan mulai berinteraksi dengan pemikiran para pembaharu Islam. Sejak saat itu, munculnya pemikiran Ahmad Dahlan untuk membawa gerakan pembaharu Islam ke kampung halamannya di Yogyakarta.

Baca juga:

Mengenal 5 Fakta Miqdad, Sahabat Nabi Muhammad yang Jarang Terdengar

Resepsi Internal Milad 99 Tahun Perguruan Diniyyah Puteri

Santunan Anak Yatim Diniyyah Wafa Care 

Organisasi Muhammadiyah, adalah salah satu capaian akhir dari perjalanan Ahmad Dahlan dalam melakukan gerakan pembaharuan Islam tersebut.

 

3. Ahmad Hasan

 

Dikenal dengan sang pemikir dan sang pengkaji Islam, Ahmad Hasan sempat mendapat julukan dari Bung Karno, Presiden Pertama Indonesia.

 

Bung Karno, diketahui sangat menghargai pemikiran Islam dari Ahmad Hasan tersebut. Sekalipun, terkadang Bung Karno pernah juga berpolemik dengan Ahmad Hasan, tidak menyebabkan ia kehilangan jati diri di mata Bung Karno.

 

Nama kecil Ahmad Hasan adalah Hassan bin Ahmad, lahir di Singapura pada 1887, dari keluarga campuran India-Indonesia.

 

Ahmad Hasan dikenal dengan sosok pemikir dan pekerja keras, sejak remaja, dia sudah melakoni berbagai pekerjaan. Mulai dari buruh hingga penulis.

 

Ketika masih muda, Ahmad Hasan sangat populer di kalangan kaum muda progresif di lingkungan Persatuan Islam di Bandung. Pernah bertemu dengan Mohammad Natsir, dan ikut menerbitkan majalah Pembela Islam dan Al Lisan, hingga ikut mendirikan Pesantren Persatuan Islam di Jawa Timur.

 

4. KH Hasyim Asyari

 

Lahir pada 14 Februari 1871 di Jawa Timur, serta merupakan pendiri Nahdlatul Ulama, yang saat ini sudah sangat dikenal dan menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia.

 

Nahdlatul Ulama didirikan pada 31 Januari 1926, dengan membawa paham pembaharuan untuk Islam di Indonesia.

 

KH Hasyim Asyari dikenal sebagai pakar ilmu hadis, sebab pernah mendapatkan ilmu langsung dari Syaikh Mahfudz asal Termas, tokoh pakar ilmu hadir pertama di Mekah kala itu.

 

Di masa Belanda datang ke Indonesia, Hasyim dengan beraninya menentang itu, dengan cara bersikap nonkooperatif. Hasyim juga sempat mengeluarkan banyak fatwa yang menolak kebijakan pemerintah kolonial.

Baca juga:

Mengenal 5 Fakta Miqdad, Sahabat Nabi Muhammad yang Jarang Terdengar

Resepsi Internal Milad 99 Tahun Perguruan Diniyyah Puteri

Santunan Anak Yatim Diniyyah Wafa Care

 

Dan paling dikenal hingga kini adalah fatwa Hasyim tentang jihad untuk melawan Belanda. "Wajib hukumnya bagi umat Islam di Indonesia berperang melawan Belanda," fatwa itu dikeluarkan menjelang meletusnya peristiwa 10 November di Surabaya.

 

Hasyim wafat pada 25 Juli 1947, tepat 2 tahun selepas Indonesia merdeka.

 

 

 

Mengenal 5 Fakta Miqdad, Sahabat Nabi Muhammad yang Jarang Terdengar

Miqdad

 

Setiap pelajaran agama ataupun ceramah di Masjid, tentunya sangat sering masyarakat mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru tentang agama Islam. Semisal perkembangannya, cara dakwahnya hingga sejarahnya.

 

Namun, yang kerap terdengar di telinga masyarakat, hanyalah ceramah yang sering dikenal masyarakat juga. Semisal kisah-kisah para nabi, atau kisah para sahabat Rasulullah. Itupun, hanya beberapa tokoh saja, dan masyarakat sudah hampir melupakan Miqdad.

 

1. Golongan Pertama yang Memeluk Islam

 

Miqdad masuk dalam bagian tujuh orang pertama pertama yang menyatakan keislamannya secara terbuka atau terang-terangan. Namun, dari dulu hingga kini, kisah tentang perjalanan Miqdad ini hampir hilang dan tak lagi diceritakan saat ceramah keagamaan.

 

Jika melirik kepada sahabat Rasulullah yang lain, kisah Miqdad ini tak jauh berbeda dengan Bilal bin Rabah. Miqdad adalah seorang pemikir ulang, tapi ia juga harus menerima penderitaan atas siksaan yang diterimanya dari kaum Quraisy.

 

Akibat sering mendapatkan siksaan di keyakinan lamanya, yaitu di kaum Quraisy, Miqdad berpikir lebih dalam dan merenung, lalu memutuskan untuk masuk Islam dan meninggalkan keyakinan lamanya itu.

 

2. Pernah Menjadi Amir (Pemimpin Daerah)

 

Belum lama masuk Islam, Miqdad bahkan langsung diberikan amanah oleh Rasulullah untuk memimpin suatu daerah dan melantiknya menjadi seorang Amir (pemimpin). Namun, tak lama usai menjabat sebagai pemimpin, ternyata Miqdad  tak nyaman dengan posisi itu.

 

Rasulullah sempat bertanya kepada Miqdad, "Bagaimanakah pendapatmu tentang menjadi amir?" Miqdad lalu menjawab dengan jujur, bahwa tidak ingin meneruskan amanah sebagai amir/pemimpin.

 

Miqdad mengambil keputusannya itu, sebab tak ingin memiliki kedudukan di atas orang lain. Sikap dari Miqdad itu justru sangat berbeda dengan masyarakat kebanyakan, ketika orang lain ingin menjadi pemimpin, Miqdad justru menolak itu dan tak menginginkan jabatan.

 

"Anda telah menjadikan diriku berada di atas semua manusia. Demi yang telah mengutus Anda membawa kebenaran, sejak saat ini aku tidak berkeinginan lagi menjadi pemimpin sekalipun untuk dua orang untuk selama-lamanya," ucap Miqdad, dikutip dari buku Kisah Seru 60 Sahabat Rasul karangan Ummu Akbar.

 

3. Pemimpin yang Amanah dan Baik

 

Selama menjadi pemimpin, Miqdad dikenal dengan sosok pemimpin yang baik dan amanah dalam menjabat. Sebab, Rasulullah pernah dua kali mengajak Miqdad untuk menjadi pemimpin sehabis periode pertamanya.

Namun, Miqdad hanyalah menjadi sebentar menjadi seorang pemimpin di suatu daerah, sebab ia merasa tidak pantas dan ingin menjadi manusia yang biasa-biasa saja.

 

Melalui sikap dari Miqdad itu, bisa kita simpulkan betapa rendah hati dan baiknya beliau selama hidupnya. Apalagi saat Rasulullah mempercayai suatu daerah kepada Miqdad, artinya Miqdad adalah sahabat nabi yang patut diperhitungkan.

 

4. Tak Suka Kemewahan

 

Salah satu alasan besar yang membuat Miqdad tak ingin menjadi pemimpin saat ditawari Rasulullah adalah kemewahan dan martabat.

 

Semenjak menempati posisi sebagai pemimpin, Miqdad selalu dikelilingi oleh kemewahan dan sanjungan dari banyak orang.

 

Namun, Miqdad menganggap, hal tersebut adalah suatu yang bisa menjauhkan dirinya dari agama. Akhirnya, Miqdad pun memutuskan untuk tidak lagi menjadi pemimpin, supaya bisa lebih khusyuk dalam beribadah.

 

5. Tokoh Berpengaruh di Perang Badar 

 

Miqdad tampil menjadi tokoh yang berpengaruh pada Perang Badar. Sosok Miqdad kala itu pernah berbicara untuk mengobarkan semangat di tengah ketakutan kaum Muslimin dalam Perang Badar karena kekuatan musuh.

 

Miqdad berkata, "Wahai Rasulullah, teruslah laksanakan apa yang dititahkan Allah, dan kami akan bersama anda, Demi Allah, kami tidak akan berkata seperti apa yang dikatakan Bani Israil kepada Nabi Musa," tegas Miqdad saat Perang Badar kala itu.

 

Kata-kata Miqdad mengalir laksana anak panah yang dilepas dari busurnya, hingga merasuk ke dalam hati kaum Muslimin yang sedang berperang tersebut.

You are here: Home News and Events