Lomba baca puisi

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Diniyyah Puteri kembali mengutus santrinya mengikuti lomba baca puisi. Acara ini merupakan kegiatan tahunan yang diadakan oleh Dinas Pendidikan bekerja sama dengan Kantor Perpustakaan Daerah Padang Panjang, yang bertujuan untuk meningkatkan minat baca anak. Lomba ini digelar di gedung M. Syafi’i Padang Panjang, Senin 27 Februari 2017.

“Mereka sangat antusias dalam mengikuti lomba ini dan berusaha untuk menjadi seorang juara. Meskipun persiapannya sangat minim, alhamdulillah Raysa Soraya terpilih sebagai juara favorit. Saya berharap semoga para santri bisa mengembangkan bakat mereka dan semoga di tahun berikutnya bisa menjadi juara nasional,” ungkap Minati Handayani, sebagai pembimbing lomba.

Sang juara favorit, Raysa Soraya menyatakan bahwa ia sangat senang mengikuti lomba ini. Ia bangga karena telah dipercaya sekolah. Meskipun agak grogi karena persiapannya hanya sehari sebelum lomba, tidak membuat Raysa takut dan minder dalam lomba baca puisi ini. Ia pun tak menyangka akan menjadi juara terfavorit pada tahun ini. “Intinya seseorang itu harus percaya diri. Karena ada sebagian orang yang mempunyai bakat, tidak mampu mengembangkan bakatnya karena tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup,” tegas santri yang duduk di kelas VII SMP tersebut. (Irma Febriyani, Diniyyah News Reporter)

Duta baca sumbar

Minang book fair yang diadakan 24 Februari hingga 5 Maret 2017 di Mesjid Raya Sumbar tidak hanya menyediakan berbagai buku dari berbagai penerbit, namun juga mengadakan berbagai acara, salah satunya adalah kompetisi Duta Baca Sumbar.

                Riki Eka Putra, Koordinator Publishing Diniyyah Research Center mengatakan, Nadhira Asiyah Arrin, santri kelas XII IPS MAS KMI Diniyyah Puteri lolos menjadi finalis (10 besar) Duta Baca Sumbar 2017. Menjadi satu-satunya peserta dari pondok pesantren, tidak menciutkan nyali Arrin untuk tampil percaya diri. Dengan wawasan luas dan kemampuan public speaking yang baik, dewan juri memutuskan santri yang aktif menulis di media massa ini sebagai salah satu finalis.

Sebelumnya puluhan peserta Duta Baca mengikuti babak penyisihan pada tanggal 26 Februari 2017. Masing-masing mempresentasikan tulisan mereka di panggung Minang Book Fair dan menjawab berbagai pertanyaan dari dewan juri. Selanjutnya ditetapkan 10 orang finalis yang melaju ke babak final, tanggal 5 Maret 2017.

                “Alhamdulillah, Nadhira Asiyah Arrin berhasil menjadi finalis duta baca Sumbar. Meskipun belum berkesempatan menjadi pemenang, pencapaian menjadi 10 besar merupakan suatu prestasi yang luar biasa. Terlebih lagi peserta yang mengikuti kompetisi ini tidak hanya para siswa, namun juga banyak dari kalangan mahasiswa dan guru,” ungkap Riki.

                “Cukup surprise, karena saya menjadi finalis pertama yang tampil presentasi di acara final. Awalnya tidak percaya bisa terpilih menjadi finalis karena peserta lain juga punya kelebihan masing-masing. Menang bukanlah tujuan dalam kompetisi ini, namun pengalaman yang saya dapatkan menjadi motivasi untuk terus berkarya di dunia literasi,” ujar Nadhira Aisiyah Arrin bangga. (Jumiati Oktariana/Diniyyah News Reporter)

lil banat

Sebanyak 40 orang dari Sekolah Agama Bantuan Kerajaan (SABK) Maahad Al-Khair Lil Banat, Perak, Malaysia disambut hangat oleh Ibu Meutia dan Bpk. Fauzi di lobby kantor Perguruan. Lawatan Mahabbah yang dipimpin oleh Bpk. Tajuddin Ismail ini dimaksudkan untuk bertukar pandangan tentang pengelolaan pondok pesantren. 
Di ruang meeting, Pak Fauzi menceritakan bahwa pimpinan Diniyyah Puteri, Ibu Fauziah Fauzan baru saja kembali dari Maroko dalam rangka pelepasan sejumlah santri untuk belajar Islam dan Bahasa Arab di sana. 
Ketika menonton video tentang asrama yang terlihat sangat bersih, tertata rapi dan banyak dihiasi pajangan cantik, mereka tertarik dan bertanya-tanya bagaimana caranya mengatur para santri tersebut agar mau menata kamarnya seperti itu? Mereka juga kagum dengan kebiasaan para santri Diniyyah Puteri mengatur waktu dengan cara menulis jurnal aktivitasnya setiap pagi hari sebelum memulai pelajaran sekolah. 

Diakhir pertemuan, mereka tertarik untuk menjalin hubungan kerjasama di bidang pendidikan, seperti pertukaran santri dan pertukaran guru. Diniyyah puteri juga diundang untuk berkunjung ke Maahad Al-Khair Lil Banat. (mardoni/public relation)

Membangkitkan imajinasi anak melalui media bercerita atau mendongeng telah terbukti sangat baik untuk membentuk pribadi anak yang cerdas dan kreatif.  Kebiasaan para guru PAUD, TK/RA, dan orangtua untuk mendongeng inilah yang coba dikembangkan dalam Seminar Nasional Mendongeng yang berlangsung tanggal 1 Maret 2017 di Gedung Pertemuan Zainuddin Labai El Yunusy, Perguruan Diniyyah Puteri.

Seminar yang diselenggarakan oleh STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Diniyyah Puteri Rahmah El Yunusiyyah jurusan pendidikan guru TK/RA ini menghadirkan Muhammad Awam Prakoso, atau yang biasa disapa Kak Awam. Beliau adalah pendiri Kampung Dongeng Indonesia dan tokoh pendongeng yang sudah cukup terkenal, bahkan meraih rekor MURI untuk mendongeng terlama. Kehadirannya untuk memberikan pelatihan dan pengalaman bercerita islami ternyata disambut antusias oleh banyak guru PAUD dan praktisi parenting di kota Padang Panjang, ini terlihat banyaknya para peserta yang mengikuti seminar.

            Acara diawali dengan sambutan sekaligus membuka seminar oleh Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri, Fauziah Fauzan El Muhammady, SE. Akt., M.Si. Beliau menyampaikan bahwa kebiasaan neneknya, yang biasa dipanggil Umi, menceritakan kisah Rasullah SAW yang telah membangun imajinasinya sejak kecil. “Bagaimana Umi menceritakan kisah Rasulullah itu luar biasa, seakan-akan terbayang keadaan di sana dan saya pundapat mengambar kota, mesjid Quba dari imajinasi yang saya kembangkan dari cerita Umi,” kenang Ibu Fauziah.

Menurut Ibu Fauziah, itulah kekuatan dongeng yang mampu melekat dalam imajinasi kita, bahkan  sampai kita sudah dewasa.  Ada kisah fiksi dan kisah nyata, tentu kisah Nabi itu adalah kisah nyata, sehingga penuturnya disebut pencerita, bukan pendongeng.  Orang tua harus bisa juga menjadi pencerita dan pendongeng bagi anak-anaknya, sehingga anak-anak selalu merindukan orangtuanya bercerita. “Ketika saya naik haji dan berkunjung ke Madinah, itu yang terbayang justru apa yang nenek saya sampaikan, ketika saya mau masuk ke kota Madinah, saya meneteskan air mata, terbayangkan kisah yang Umi sampaikan saat Nabi hijrah ke kota Madinah, seakan Nabi hidup di mata saya!” tambahnya.

Ia menyayangkan sekarang ini sudah jarang orangtua dan pendidik yang mengunakan metode mendongeng atau bercerita sebagai cara menyampaikan pesan-pesan yang baik kepada anaknya. Dengan adanya pelatihan teknik mendongeng oleh Kak Awam Prakoso, walaupun hanya singkat tiga jam, diharapkan menginspirasi para pendidik dalam bercerita sehingga mampu menstimulasi imajinasi anak didik. “Seminar ini hanya intro atau pemulaan, insya Allah akan dilanjutkan dengan diskusi dan pengembangan parenting sehingga makin banyak pendidik yang mahir mendongeng, terlebih Raudhatul Athfal (RA) Rahmah El Yunusiyyah sudah resmi berganti nama menjadi PAUD Rahmah El Yunusiyyah, sehingga harus semakin ditingkatkan kualitasnya,” ujar Ibu Fauziah. (Mardoni/Diniyyah News Reporter)

Seminar Mendongeng Dongeng Bersama Kak Awam Prakoso di Gedung Pertemuan Zainuddin Labay el Yunusy

You are here: Home News and Events